SujaNEWS.com — Setelah anjlok secara signifikan, harga minyak kembali turun pada Jumat (19/2) lebih dari $ 1 per barel. Menurut banyak ahli, harga minyak yang kembali anjlok disebabkan karena ambisi banyak negara-negara produsen yang terkesan berlebih dalam mempertahankan tingkat produksinya, sehingga menyebabkan pasokan minyak mentah di AS juga berlebih.
Menurut perhitunganya, harga minyak mentah sebelumnya mengalami kenaikan. Namun akhirnya kembali turun sebesar $ 1,28. Sampai pada tingkat terendah, yakni hanya berkisar pada angka $ 29,49 per barelnya, padahal sebelumnya harga minyak berkisar $ 47 per barelnya .
Harga minyak sebelumnya mengalami kenaikan lebih dari 14 persen awal pekan ini, karena kesepakatan dua negara produsen minyak, Arab Saudi dan Rusia yang bersepakat untuk membekukan output pada priode Januari lalu.
Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyambut baik rencana pengendalian produksi minyak oleh negara-negara produsen utama. Iran mengatakan kepada Reuters bahwa pengendalian produksi minyak dapat menyeimbangkan pasar.
Namun Arab Saudi mengulangi pernyataan sebelumnya, bahwa negaranya tidak punya rencana untuk memangkas produksi dan akan terus melindungi pangsa pasarnya.
“Jika produsen lain ingin membatasi atau menyetujui pembekuan dalam hal produksi tambahan, yang mungkin berdampak pada pasar, tapi Arab Saudi tidak siap untuk memotong produksi,” kata Menteri Luar Negeri Adel Al-Jubeir seperti yang dikutip Arab News, Sabtu (20/2).
Wakil Menteri Energi Rusia Alexey Texler, Jumat (19/2) menyatakan pembekuat output kesepakatan bisa menghapus separuh dari kelebihan pasokan global 1,8 juta barel per hari (bph).
“OPEC mengeluarkan freeze, ditambah dengan harga BBM bensin eceran yang sangat terjangkau, harus membantu mendorong minyak kembali ke $ 47 pada bulan Juni,” kata Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah wawancara pada hari Jumat lalu.
Menteri Perminyakan Irak Adel Abdul Mahdi, mengatakan perundingan akan terus dilakukan antara OPEC dan non-anggota OPEC untuk menemukan cara mengembalikan harga minyak secara “normal” setelah pertemuan di Teheran, pada Rabu lalu.
Mengenai data persediaan minyak mentah AS pekan lalu memicu kekhawatiran berlebih dari negara-negara OPEC dan produsen minyak mengenai pasokan minyak global terus-menerus.
Menurut perhitunganya, harga minyak mentah sebelumnya mengalami kenaikan. Namun akhirnya kembali turun sebesar $ 1,28. Sampai pada tingkat terendah, yakni hanya berkisar pada angka $ 29,49 per barelnya, padahal sebelumnya harga minyak berkisar $ 47 per barelnya .
Harga minyak sebelumnya mengalami kenaikan lebih dari 14 persen awal pekan ini, karena kesepakatan dua negara produsen minyak, Arab Saudi dan Rusia yang bersepakat untuk membekukan output pada priode Januari lalu.
Sementara itu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Zanganeh menyambut baik rencana pengendalian produksi minyak oleh negara-negara produsen utama. Iran mengatakan kepada Reuters bahwa pengendalian produksi minyak dapat menyeimbangkan pasar.
Namun Arab Saudi mengulangi pernyataan sebelumnya, bahwa negaranya tidak punya rencana untuk memangkas produksi dan akan terus melindungi pangsa pasarnya.
“Jika produsen lain ingin membatasi atau menyetujui pembekuan dalam hal produksi tambahan, yang mungkin berdampak pada pasar, tapi Arab Saudi tidak siap untuk memotong produksi,” kata Menteri Luar Negeri Adel Al-Jubeir seperti yang dikutip Arab News, Sabtu (20/2).
Wakil Menteri Energi Rusia Alexey Texler, Jumat (19/2) menyatakan pembekuat output kesepakatan bisa menghapus separuh dari kelebihan pasokan global 1,8 juta barel per hari (bph).
“OPEC mengeluarkan freeze, ditambah dengan harga BBM bensin eceran yang sangat terjangkau, harus membantu mendorong minyak kembali ke $ 47 pada bulan Juni,” kata Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah wawancara pada hari Jumat lalu.
Menteri Perminyakan Irak Adel Abdul Mahdi, mengatakan perundingan akan terus dilakukan antara OPEC dan non-anggota OPEC untuk menemukan cara mengembalikan harga minyak secara “normal” setelah pertemuan di Teheran, pada Rabu lalu.
Mengenai data persediaan minyak mentah AS pekan lalu memicu kekhawatiran berlebih dari negara-negara OPEC dan produsen minyak mengenai pasokan minyak global terus-menerus.