SUJA - Sebulan penuh berpuasa menimbulkan kekhawatiran bagi penderita maag. Lambung yang kosong karena tidak mengonsumsi apa pun selama seharian dikhawatirkan membuat perut melilit.
Ketahuilah, puasa justru dianjurkan untuk penderita maag. Sebab, itu membuat pola makan jadi lebih teratur. Itu dikatakan dr. Arie Syahrial, internis maag dan radang usus Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo saat dihubungi VIVAlife, Selasa, 1 Juli 2014.
“Orang maag, 60 sampai 70 persen disebabkan gangguan fungsi lambung karena makan tidak teratur, merokok, dan stres. Saat dia puasa, makan akan lebih teratur karena sebenarnya puasa hanya menggeser waktu makan,” ia menerangkan.
Pemicu asam lambung
Selama puasa, lanjut Arie, asupan makanan dan minuman memang harus jadi perhatian utama penderita maag. Disarankan, menghindari makanan yang bisa memicu gejala maag.
Makanan yang mengandung gas seperti sawi, kol, nangka, kedondong, dan buah yang dikeringkan, sebaiknya tak dikonsumsi. Soal minuman, hindari kopi, sari buah sitrus, soda, atau susu full cream.
Itu semua dapat meningkatkan asam lambung. Karbohidrat seperti beras ketan, mi, bihun, jagung, ubi, dan singkong juga dapat memicu banyak gas dalam perut. Akibatnya, terasa kembung dan tak nyaman.
Porsi makan
Saat berbuka, usahakan mengonsumsi takjil terlebih dahulu. Tak perlu berlebihan, cukup kurma dan air mineral. Beri kesempatan perut untuk mencerna. Setelah salat Magrib, baru konsumsi makanan berat.
Menu takjil seperti kue tar, cokelat, dan keju juga sebaiknya dihindari karena memicu asam lambung.
Arie menjelaskan, penderita maag tidak perlu menambah porsi makan. “Jumlah makan malam tetap seperti biasa, bukan menggeser jumlah makan siang untuk dikonsumi saat malam,” tambahnya.
Obat maag
Jika tidak ada keluhan maag, ia juga menyarankan tidak perlu mengonsumsi obat. Masyarakat terlena oleh iming-iming bebas maag dengan mengonsumsi obat tiap buka dan sahur. Padahal, itu tak perlu.
Jika perut terasa melilit karena maag, barulah obat dikonsumsi sebelum makan saat buka atau sahur. (art/viva/SUJA)