Salah satu sebab perdebatan Kivlan dan Sukmawati adalah mengenai siapa jenderal yang menjadi kesayangan Bung Karno.
Kivlan mengklaim bahwa Soeharto adalah kesayangan Bung Karno. Dia mendasarkan pada kesuksesan Soeharto dalam menjalankan perintah-perintah Bung Karno termasuk dalam Surat Perintah 11 Maret 1966. Namun kemudian, Sukmawati membantah keras.
"Setahu saya tidak demikian, Soeharto bukan kesayangan Bung Karno. Kesayangan Bung Karno Jenderal Ahmad Yani," kata Sukmawati.
Sukmawati mendasarkan pernyataan pada kejadian yang dia lihat pada waktu sang ayah masih menjadi Presiden. Saat itu, ia melihat Bung Karno dan Jenderal Yani sering berdiskusi di Istana.
"Yang sering diskusi dengan Bung Karno adalah Yani. Saya tidak pernah melihat Soeharto," kata Sukmawati lagi.
Sukmawati dengan tegas membantah klaim dari Kivlan.
"Saya sanggah itu, kesayangan Bung Karno Jenderal Ahmad Yani, selalu lihat di Istana bukan Soeharto," kata dia.
Meski demikian, Kivlan juga bersikukuh dengan pendapatnya. Ia menilai Soeharto banyak berjasa terhadap Bung Karno.
"Siapa yang melindungi Bung Karno saat diserbu mahasiswa? Soeharto toh?" ujar dia.
Perdebatan juga berlanjut mengenai Surat Perintah 11 Maret 1966. Keduanya saling beda pendapat mengenai persoalan itu.
"SP 11 Maret tidak dilakukan dengan baik oleh Soeharto. Seharusnya adanya musyawarah dengan Presiden dan para Panglima. Soeharto jalan sendiri. Pembubaran PKI adalah langkah Soeharto sendiri," kata Sukmawati.
Kivlan lalu menimpali. "Perintahnya mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu toh?"
Terakhir, sebelum dilerai oleh Karni Ilyas, Sukmawati menyatakan bahwa Kivlan tidak tahu apa yang dikatakan Bung Karno pada dirinya.
"Saat Bung Karno menjadi tahanan rumah, Bung Karno menangis tersedu-sedu dengan tragedi yang terjadi pada bangsa ini. Bahwa Soeharto mengkhianatinya. Bapak (Kivlan) tidak tahu, saya yang tahu," tutur Sukmawati.
(ren)