Technical University of Berlin (TU Berlin), Technical University of Dortmund (TU Dortmund) dan Universitas Essen Duisburg telah menutup semua ruangan untuk berdoa (mushola/red).
Sebuah laporan lokal, menyatakan bahwa pihak perguruan tinggi Jerman kesulitan untuk mengetahui seberapa berapa banyak Muslim yang belajar di lembaga mereka, karena mereka tidak diperbolehkan untuk meminta data agama dari setiap siswa.
TU Berlin telah menutup dua mushola yang terpisah untuk siswa laki-laki dan perempuan pada hari Senin pekan ini. Sementara Universitas Essen-Duisburg menutup mushola yang telah digunakan selama lebih dari 20 tahun.
Universitas Kristen Thomsen melalui situs berita lokal Sueddeutsche Zeitung, mengatakan bahwa keputusan tersebut harus dikembalikan pada sebuah pertanyaan yang mendasar, yakni apakah kita menginginkan sebuah fasilitas keagamaan dibangun di universitas kami? “Kami pikir pendidikan tinggi dan agama harus dilakukan secara terpisah,” kata Universitas itu.
Universitas Thomsen, menambahkan bahwa dulu umat Muslim tidak punya banyak kesempatan untuk mempraktekkan agama mereka di Berlin. “Tapi sekarang terdapat beberapa masjid atau mushola yang dapat siswa gunakan, memang tidak mungkin untuk ditempuh dengan berjalan kaki, tetapi dengan menggunakan bus. Sebuah mushola di universitas, tidak lagi diperlukan,” kata Universitas itu.
Pejabat setempat menyatakan dalam sebuah surat resmi, bahwa mushola ditutup karena masalah kekurangan ruang bagi para siswa untuk belajar.
“Dengan lebih dari 130 mahasiswa yang berasal dari berbagai negara di universitas kami, kami tidak dapat menawarkan ruang untuk berdoa bagi setiap agama atau budaya. Mushola diadakan jika tidak ada waktu lagi bagi umat Islam untuk pergi ke Mesjid di dekatnya. Hal ini telah berubah dalam dua dekade terakhir,” tambah universitas itu.
Technical University of Dortmund juga telah menutup ruang doa bagi siswa dari berbagai macam agama.
TU Dortmund mengatakan bahwa pria Muslim telah mencoba untuk mengambil alih ruangan dengan memberikan sekat pemisahan gender dan menyimpan sajadah didalamnya.
Kecenderungan untuk menutup mushola muncul di tengah gelombang protes anti Islam di Jerman. [Islampos]