Tolak Gabung Jadi Tentara Israel, Gadis Yahudi Ini Dipenjara 20 Hari

Tolak Gabung Jadi Tentara Israel, Gadis Yahudi Ini Dipenjara 20 Hari
SujaNEWS.com —  Wanita muda Israel berusia 19 tahun harus merasakan pahitnya penjara selama 20 hari karena menolak bergabung dengan militer Zionis yang melakukan kekeraan terhadap muslim Palestina.

Gadis bernama Tair Kaminer dibui selama 20 hari karena menolak bergabung dengan pasukan keamanan Israel (IDF). Perempuan 19 tahun itu menolak bergabung karena menilai IDF melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.

Langkah Kaminer menuai prokontra, ada yang menyebut ia pengkhianat, namun tak sedikit yang memuji.

“Saya rasa ini merupakan langkah bodoh oleh pemerintah dan otoritas militer yang memaksa seeorang untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan keyakinannya,” ujar ayah Kaminer, dilansir Russia Today, Jumat (29/1/2016).

“Remaja itu telah menyatakan menentang aksi pendudukan, dan ia ingin memilih alternatif lain yakni di penjara.”

Kaminer sebelumnya pernah setahun terlibat dalam sukarelawan Pramuka Israel. Ia menjadi sukarelawan bersama anak-anak yang menderita perang Gaza. Pengalaman itu membuatnya membantah perintah Zionis-Israel.

“Anak-anak yang tumbuh di jantung konflik memiliki pengalaman buruk dari masa muda. Hal itu yang memicu rasa benci mereka dan ini bisa dipahami,” ujar Kaminer awal Januari lalu.

Kini, Kaminer telah dibebaskan. Beragam reaksi menyertai pembebasan perempuan berkacamata itu. Ada yang memuji keberaniannya, ada juga yang menyebut sebagai pengkhianat negara. Meski begitu, Kaminer masih tetap harus melapor ke pangkalan militer pada Minggu 31 Januari.

Dia akan kembali diminta masuk ke dalam IDF. Jika menolak, dia akan dijebloskan ke balik jeruji besi lagi selama 20 hari.

Tair menjalani wajib militer selama satu tahun penuh dengan tugas sebagai mata-mata. Dia ditugaskan menjadi relawan bagi anak-anak yang mengalami luka dalam perang di jalur Gaza. Pengalaman sebagai relawanlah yang membuatnya menarik diri dari IDF.

“Anak-anak yang bekerja bersama saya tumbuh di tengah konflik. Mereka sudah merasakan pengalaman buruk sejak usia muda. Pengalaman yang membuat mereka merasakan kebencian,” ujar Tair dalam pernyataannya pada awal Januari.

“Mereka (militer Israel) meyakinkan bahwa tentara tidak ada kaitannya dengan politik, namun keputusan bergabung dengan wajib militer adalah keputusan politis. Saya lebih takut masyarakat kita kehilangan kemanusiaan daripada penjara militer,” tegas Tair.(ts/atcbr)