“Indonesia dapat dan perlu menampilkan peran sebagai penegah dan perantara, baik Indonesia sebagai mayoritas negara Islam, tetapi lebih dari itu, Indonesia adalah negara dengan prinsip luar negeri yang bebas aktif, maka Indonesia bisa berada di posisi netral dan saya yakin cukup memiliki leverage peran mediasi tersebut,” kata Din di depan rumah dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (12/6/2017) malam.
Menurut Din, “leverage” atau pengaruh yang dimiliki Indonesia dalam memediasi konflik di Tinur Tengah yang dipicu tuduhan Arab Saudi terhadap Qatar sebagain sarang teroris dan berbuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar, karena Indonesia memiliki hubungan baik dengan semua negara yang bertikai.
“Selain netral, kita juga punya hubungan baik dengan Arab Saudi, Mesir, dan lain-lain, dan di satu pihak juga dengan Qatar,” kata dia.
Oleh karena itu, Din mengusulkan agar pemerintah Indonesia segera mengirim utusan tingkat tinggi ke negara-negara Arab itu.
“Apakah menteri luar negeri, atau apa boleh jadi Bapak Wapres yang dikenal sebagai man of reconciliation dan saya kira beliau dikenal di negara-negara tersebut, artinya dikenal tingkat tinggi,” kata dia.
Din menjelaskan tugas utusan tersebut, antara lain mengingatkan kembali arti penting “ukhwah Islamiyah” atau persaudaraan antarsesama Muslim dan mendesak perlunya sidang darurat negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
“Walaupun tidak mudah karena markas besar OKI ada di Jeddah dan sekjennya dari Saudi, tapi boleh jadi mungkin bisa mengundang negara OKI sisanya yang tidak terlibat konflik untuk bertemu di Jakarta dan peran apa yang bisa dilakukan,” kata dia.
Menurut Din, Indonesia dapat menggandeng sekitar 10 hingga 11 negara OKI untuk melakukan gerakan moral dalam mengupayakan “islah” atau perdamaian.
“Saya kira itu bisa dilakukan Indonesia sebelum dampaknya berlanjut dan timbul eskalasi, apalagi kalau sudah kontak senjata, saya kira susah nanti dan Indonesia akan terkena dampaknya,” kata dia.
Din Syamsuddin hadir dalam acara buka bersama dengan Wapres Jusuf Kalla bersama sekitar 25 tokoh Muslim lainnya, antara lain Haedar Nasir, Said Aqil, Salahuddin Wahid, Abdul Muti, Komarudin Hidayat, Hamdan Zoelva, Quraish Shihab, Alwi Shihab, Mahfud MD, dan Jimly Asshidiqie. [Sujanews.com]
Sumber: islampos