“Tepat waktu karena Raja Salman hadir ditengah-tengah Umat Islam yang dapat dikatakan tengah galau, sehingga kehadirannya banyak diharapkan dapat mengobati kegalauan Umat Islam,” ujar Yunahar di Yogyakarta, Rabu (1/3).
Kunjungan kenegaraan yang dijadwalkan hingga 9 Maret itu memang bukan sekedar silaturahmi, melainkan pula kerjasama bisnis antar kedua negara, dinyatakan dengan MoU bersama 10 Kementerian dari berbagai bidang.
“Mudah-mudahan kehadiran Raja Salman membawa dampak positif bagi psikologi Umat Islam dan Bangsa Indonesia secara umum,” kata dia.
Disamping itu, isu Islam moderat bagi Yunahar menjadi salah satu tema cukup penting yang sedianya dibahas Raja Salman dengan anggota DPR dan MPR, Kamis (2/3).
“Moderat dalam arti Islam yang sebenarnya, sesuai tuntunan Al-Quran dan As-Sunnah, tidak ekstrim, tidak radikal dan liberal. Islam moderat merupakan Islam yang berada ditengah dan menjaga keseimbangan dunia dan akhirat, keseimbangan antara individu dan sosial, juga rohani dan jasmani,” papar Yunahar.
Muhammadiyah pun, sambungnya, mengajak Pemerintah Arab Saudi agar lebih meningkatkan upaya menyebarkan Islam yang moderat ini, diantaranya bekerjasama dengan ormas-ormas Islam Indonesia, seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
“Kami mengimbau Pemerintah Arab Saudi menanamkan modalnya kepada dunia Islam, terutama Indonesia, dan juga daerah-daerah Asia dan Timur Tengah lainnya. Karena sejauh ini kita mengetahui Pemerintah Saudi lebih banyak menanamkan modalnya pada negara-negara barat,” tandasnya.
Harapannya, dengan terbangunnya kerjasama antara Pemerintah Arab Saudi dengan Negara-negara Islam maka pemberdayaan ekonomi Umat Islam secara global dapat pula meningkat.
Pewarta : Nelson Nafis [Sujanews.com]