Itu disampaikan dalam video bantahan polemik seputar Surat Al Maidah 51.
Beberapa netizen menyatakan Ahok melakukan penafsiran atas ayat Alquran. Ahok is trying to define the understanding and uncovering the Will of Allah which has been conveyed by the Qur'anic text. Bila demikian, Ahok is a mufassir.
Mungkin Ahok hanya mencoba mengklarifikasi arti dari ayat tersebut.
But who is Ahok?
Setau saya, dia bukan muslim. Apalagi kyai, atau Islamic scholar. Dia bilang 9 tahun belajar di sekolah Islam. Selidik punya selidik, ga taunya ternyata itu sekolah negeri. Kirain Ahok pernah mondok di Tebu Ireng atau Gontor.
Setau saya, seseorang mesti punya beberapa kualifikasi sehingga baru bisa dianggap memiliki otoritas menafsirkan ayat-ayat Alquran.
Antara lain, dia mesti menguasai bahasa Arab klasik, Arabic Philology dan Morphology, Al-Ishtiqaaq, Ilm al-Ma’ani (ilmu syntax), Ilm al-Qira'at, ilmu Fikih dan lain sebagainya.
Atau mungkin Ahok memperoleh bisikan langsung dari Allah (Ilm al-Ladunni), sehingga berani menyatakan terjemahan asli Surat Al Maidah seperti itu.
Saya kaget mendengar ujaran Ahok, soal adanya larangan berteman dengan Nasrani dan Yahudi. Bukankah Jesus adalah orang Yahudi. Begitu juga nabi-nabi sebelumnya seperti Moses.
Ulah verbal Ahok seakan menempatkan dirinya menjadi salah seorang "pencetus suara". Dalam bahasa Ibrani disebut "nabi". Orang Yunani menyebutnya "pro-phe-tes". Dalam bahasa Inggris jadi "prophet". Bila ditambahi kata "false", jadilah False Prophet.
Jim Jones, pemimpin Peoples Temple, dikenal sebagai "false prophet". Dia dikenang via peristiwa mass murder-suicide di bulan November 1978 yang menewaskan 918 anggota sektenya di Jonestown, Guyana.
Semoga Ahok ngga masuk golongan ini. Namun statemen dan terjemahannya bikin marah banyak orang. Bagi umat Kristen, sebaiknya ingat pesan Lord Jesus.
Jesus said, "Beware of false prophets, who come to you in sheep's clothing, but inwardly they are ravenous wolves. You will know them by their fruits" (Matt. 7:15-16b).