Pidato di Malaysia Yusril Singgung Konflik Laut China Selatan

Pidato di Malaysia Yusril Singgung Konflik Laut China Selatan

SujaNEWS.com — Cendekiawan dan pakar hukum tata negara Indonesia, Yusril Ihza Mahendra, mengajak negara-negara dalam rumpun Melayu dan ASEAN untuk bersatu menghadapi kekuatan kapitalisme global, termasuk menangani isu bersama seperti konflik di Laut China Selatan.

Yusril menjelaskan kemajuan pesat di bidang pengetahuan dan teknologi membawa perubahan besar dalam budaya, sosial, ekonomi dan politik sehingga negara ASEAN terutama Indonesia dan Malaysia harus kompak meningkatkan kerjasama.

“ASEAN harus memperkuat dirinya dalam menangani isu-isu bersama, seperti klaim Tiongkok atas Laut China Selatan dan konflik di Spartley yang memerlukan perhatian dan penanganan serius,” ujar Yusril dalam pidatonya untuk Rapat Alumni Nusantara di University Islam Antarabangsa Malaysia, Selangor Darul Ehsan, melalui keterangan tertulis dari Malaysia, Kamis (19/5/2016).

Rapat Alumni Nusantara di Universiti Islam Antarbangsa Malaysia dibuka oleh Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi, alumni, serta 2.000 undangan untuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Thailand, dan Filipina. Hadir juga duta besar RI untuk Malaysia.

Yusril juga mengingatkan Malaysia agar mempercepat penyelesaian masalah perbatasan dengan negara-negara tetangga agar tidak berkembang menjadi konflik yang merugikan kepentingan bersama.

Dalam hal ini, Lanjut Yusril, Indonesia juga harus mengambil inisiatif dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Asia Tenggara agar tidak berkembang menjadi konflik yang merugikan kepentingan bersama.

“Indonesia dan Malaysia, khususnya, harus mengeratkan kerjasama itu dibandingkan dengan negara-negara rumpun Melayu atau Asia Tenggara lainnya," kata bakal calon Gubernur DKI itu.

"Saya menyadari adanya ketegangan hubungan antar-sesama tokoh Melayu dalam politik Indonesia dan Malaysia sekarang, dan hal ini berpotensi melemahkan kekuatan politik Melayu di Negara masing-masing,” papar Yusril.

Dalam pengamatan Yusril, hubungan antara Indonesia dengan Malaysia dalam dua dekade terakhir sengaja direnggangkan oleh kekuatan bangsa lain.

“Saya berharap Indonesia dan Malaysia bersikap lebih sensitif terhadap isu-isu seperti ini, yang jika tidak dicegah berpotensi merenggangkan hubungan bilateral kedua negara,” ucap Yusril.

Pada bagian lain pidatonya, Yusril berharap Indonesia dan Malaysia menyadari pentingnya stabilitas politik, pemerintahan kuat, serta kebijakan ekonomi untuk rakyat kecil yang mendorong kemajuan dan kemandirian ekonomi.

Terkait diberlakukannya perdagangan bebas negara ASEAN, Yusril berharap RI dan Malaysia tidak saling berpaling dalam memanfaatkan perdagangan bebas ini dengan saling mendukung untuk kemajuan bersama.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Malaysia Dato Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi dalam sambutannya mengatakan orang-orang Melayu di kawasan Nusantara dan Asia Tenggara memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi berkat pendidikan.

Ahmad Zahid menyebut Yusril Ihza Mahendra sebagai salah satu tokoh Melayu yang pemikirannya tidak saja menjadi perhatian kalangan Melayu tetapi juga internasional. “Karena itu kita harus bangga sebagai orang Melayu,” ucap Ahmad Zahid.