SujaNEWS.com — Bertepatan dengan peringatan Hari Kartini, sejatinya Indonesia melahirkan banyak tokoh perempuan yang hebat.
“Ada 2 nama yang sangat hebat yang pernah menjadi ikon perjuangan perempuan Indonesia,” ujar Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR.
Hal itu disampaikan di hadapan puluhan daiyah yang menghadiri pelantikan pengurus pusat Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Gedung Nusantara V, komplek DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/04/2016).
Sosok pertama, sebut Hidayat, adalah Sultanah Ratu Safiatuddin, salah satu ratu dari Kerajaan Islam Samudera Pasai di Aceh.
“Beliau (Ratu Safiatuddin) memimpin dalam rentan waktu yang tidak pendek, yakni selama 31 tahun sejak 1644 sampai 1675,” jelasnya.
“Ini bukan ratu yang biasa. Bisa dibayangkan bagaimana memimpin selama 31 tahun, tentu bukan perkara yang mudah,” tambah Hidayat.
Politisi PKS ini mengatakan, Ratu Safiatuddin adalah seorang intelektual yang sangat berkelas, menguasai berbagai bahasa seperti Portugis, Belanda, dan Urdu.
“Semoga kisah perjuangannya bisa mendorong para daiyah untuk tidak kalah dengan Ratu Safiatuddin,” harapnya.
Sosok perempuan kedua, kata Hidayat, bernama Siti Aisyah We Tenriolle. Tokoh dari Sulawesi Selatan ini merupakan seorang Daru (ratu) dari kerajaan Tanete. Ia mempunyai karya monumental yang diakui dunia dan disebut La Galigo.
“Indonesia kita sesungguhnya bermuatan begitu banyak mutu manikam yang berkeunggulan, yang penting untuk terus digali dan dimunculkan,” kata Hidayat.
Banyak dari mereka, tambahnya, adalah tokoh-tokoh yang tidak terlepas dari keagamaan mereka dalam hal ini Islam.*
“Ada 2 nama yang sangat hebat yang pernah menjadi ikon perjuangan perempuan Indonesia,” ujar Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua MPR.
Hal itu disampaikan di hadapan puluhan daiyah yang menghadiri pelantikan pengurus pusat Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Gedung Nusantara V, komplek DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Kamis (21/04/2016).
Sosok pertama, sebut Hidayat, adalah Sultanah Ratu Safiatuddin, salah satu ratu dari Kerajaan Islam Samudera Pasai di Aceh.
“Beliau (Ratu Safiatuddin) memimpin dalam rentan waktu yang tidak pendek, yakni selama 31 tahun sejak 1644 sampai 1675,” jelasnya.
“Ini bukan ratu yang biasa. Bisa dibayangkan bagaimana memimpin selama 31 tahun, tentu bukan perkara yang mudah,” tambah Hidayat.
Politisi PKS ini mengatakan, Ratu Safiatuddin adalah seorang intelektual yang sangat berkelas, menguasai berbagai bahasa seperti Portugis, Belanda, dan Urdu.
“Semoga kisah perjuangannya bisa mendorong para daiyah untuk tidak kalah dengan Ratu Safiatuddin,” harapnya.
Sosok perempuan kedua, kata Hidayat, bernama Siti Aisyah We Tenriolle. Tokoh dari Sulawesi Selatan ini merupakan seorang Daru (ratu) dari kerajaan Tanete. Ia mempunyai karya monumental yang diakui dunia dan disebut La Galigo.
“Indonesia kita sesungguhnya bermuatan begitu banyak mutu manikam yang berkeunggulan, yang penting untuk terus digali dan dimunculkan,” kata Hidayat.
Banyak dari mereka, tambahnya, adalah tokoh-tokoh yang tidak terlepas dari keagamaan mereka dalam hal ini Islam.*