SujaNEWS.com — Program Revitalisasi Seribu Pasar Tradisional yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta dievaluasi. Sebab, pelaksanaannya diduga disalahgunakan di tingkat daerah. Hal itu bahkan diindikasikan menjadi muasal maraknya kasus kebakaran pasar di sejumlah wilayah.
Suara tersebut datang dari para pelaku pasar nasional. Salah satunya diwakili Ketua Umum Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI) Burhan Saidi.
"Kita sebenarnya tidak dalam kapasitas menuduh, karena itu wewenang polisi, tapi kebakaran pasar yang marak di 2015 diindikasi ada unsur sengaja oleh pemda karena ingin mengejar program revitalisasi seribu pasar," kata Saidi ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (1/2).
Berdasarkan perhitungan SPPI, pasar tradisional se-Indonesia ada sekitar 9.500 buah. Sepanjang 2015, terjadi kasus kebakaran sekitar 250 pasar. Padahal, dalam tahun-tahun sebelumnya, jumlah kebakaran pasar di bawah seratus kasus.
Kebakaran pasar sepanjang 2015 terjadi di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatra dan Jawa. Kebakaran, di antaranya di wilayah Sumatra Barat, Sumatra Utara, Palembang, dan Lampung. Sementara untuk wilayah Jawa, ada di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Jumat kemarin ada kebakaran terbaru di kawasan Sumenep," katanya.
Atas kejadian tersebut, ia belum mengalkulasikan berapa jumlah kerugian yang dialami pedagang. Namun, ia menaksir rata-rata aset satu pasar tradisional sekitar Rp 5 miliar-Rp 10 miliar.
Ia melihat, kasus kebakaran pasar ganjil dan terkesan dipaksakan demi mengejar program revitalisasi seribu pasar yang dicanangkan pemerintah pusat. Sebab, jika melalui cara-cara yang normal, pelaksanaan revitalisasi ataupun peremajaan pasar tadisional akan lama dan memakan biaya.
Dari sejumlah kasus, kebakaran terjadi pada pagi dan siang hari, yakni ketika pasar dalam kondisi sepi. Lalu, penanganan kebakaran terkesan cepat seolah sudah "diagendakan".
Jika pun ada relokasi bagi pedagang, pelaksanaannya kerap mendadak dan di lokasi sepi pembeli. "Artinya, kita lihat program pemerintah yang seharusnya bagus tersebut disikapi salah oleh pemda," tuturnya.
Sebelum pemerintah melanjutkan program revitalisasi, ia meminta agar terlebih dahulu dievaluasi. Sampai saat ini, SPPI bahkan belum tahu titik pasar di wilayah mana saja yang sudah dapat dampak baik dari program revitalisasi.
Ia menyebut, pada 2016 pemerintah akan kembali mencanangkan program revitalisasi seribu pasar dengan anggaran Rp 1,7 triliun. Pelaksanaannya harus dibarengi pengawasan serius agar efektivitas program terasa sampai ke tingkat pedagang tradisional. [rol]
Suara tersebut datang dari para pelaku pasar nasional. Salah satunya diwakili Ketua Umum Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI) Burhan Saidi.
"Kita sebenarnya tidak dalam kapasitas menuduh, karena itu wewenang polisi, tapi kebakaran pasar yang marak di 2015 diindikasi ada unsur sengaja oleh pemda karena ingin mengejar program revitalisasi seribu pasar," kata Saidi ketika dihubungi Republika.co.id, Senin (1/2).
Berdasarkan perhitungan SPPI, pasar tradisional se-Indonesia ada sekitar 9.500 buah. Sepanjang 2015, terjadi kasus kebakaran sekitar 250 pasar. Padahal, dalam tahun-tahun sebelumnya, jumlah kebakaran pasar di bawah seratus kasus.
Kebakaran pasar sepanjang 2015 terjadi di seluruh Indonesia, khususnya di Sumatra dan Jawa. Kebakaran, di antaranya di wilayah Sumatra Barat, Sumatra Utara, Palembang, dan Lampung. Sementara untuk wilayah Jawa, ada di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Jumat kemarin ada kebakaran terbaru di kawasan Sumenep," katanya.
Atas kejadian tersebut, ia belum mengalkulasikan berapa jumlah kerugian yang dialami pedagang. Namun, ia menaksir rata-rata aset satu pasar tradisional sekitar Rp 5 miliar-Rp 10 miliar.
Ia melihat, kasus kebakaran pasar ganjil dan terkesan dipaksakan demi mengejar program revitalisasi seribu pasar yang dicanangkan pemerintah pusat. Sebab, jika melalui cara-cara yang normal, pelaksanaan revitalisasi ataupun peremajaan pasar tadisional akan lama dan memakan biaya.
Dari sejumlah kasus, kebakaran terjadi pada pagi dan siang hari, yakni ketika pasar dalam kondisi sepi. Lalu, penanganan kebakaran terkesan cepat seolah sudah "diagendakan".
Jika pun ada relokasi bagi pedagang, pelaksanaannya kerap mendadak dan di lokasi sepi pembeli. "Artinya, kita lihat program pemerintah yang seharusnya bagus tersebut disikapi salah oleh pemda," tuturnya.
Sebelum pemerintah melanjutkan program revitalisasi, ia meminta agar terlebih dahulu dievaluasi. Sampai saat ini, SPPI bahkan belum tahu titik pasar di wilayah mana saja yang sudah dapat dampak baik dari program revitalisasi.
Ia menyebut, pada 2016 pemerintah akan kembali mencanangkan program revitalisasi seribu pasar dengan anggaran Rp 1,7 triliun. Pelaksanaannya harus dibarengi pengawasan serius agar efektivitas program terasa sampai ke tingkat pedagang tradisional. [rol]