SujaNEWS.com — Kiyai Haji Asyim Asyhari merupakan tokoh panutan yang mendirikan salah satu oraganisasi masyarakat terbesar di negeri ini, Nahdhatul Ulama’ (NU). Sosok yang juga menyatakan bahwa syiah merupakan faham sesat ini sangat terkenal dengan kesantunan dan wawasannya dalam berdakwah.
Banyak sekali peninggalan dan teladan dari sosok kharismatik yang juga mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng ini. Di antaranya sebagaimana disampaikan oleh Kiyai Haji Salahuddin Wahid dalam ‘Konflik Pemikiran di dalam NU’ Opini Harian Umum Republika (30/1/2016), bahwa Mbah Hasyim, panggilan akrab Kiyai Haji Hasyim Asyhari mendefinisikan Aswaja (Ahli Sunnah wal Jamaah) secara sederhana sebagai ajaran yang di dalam masalah fiqih mengikuti empat imam (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad).
Masih dari tulisan yang sama, apa yang disebut sebagai Qanun Asasi dalam NU ini ditambahi oleh Kiyai Haji Bisri Musthafa dengan: mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Maturidi dalam soal aqidah dan Imam al-Ghazali dan Imam Junayd al-Baghdadi dalam urusan tasawuf.
Pernyataan Kontroversi Said Aqiel Siradj
Meski rumusan ini benar dan diamini oleh banyak kiyai di seantero negeri ini, nyatanya apa yang disampaikan oleh Mbah Hasyim dikritisi oleh Said Aqiel Siradj yang kini menjadi pemimpin organisasi massa terbesar di Indonesia itu .
Pada tahun 1995, Said Aqiel Siradj dalam forum Musyawarah Pimpinan mengatakan, “Batasan tentang Aswaja yang dikemukakan KH Hasyim Asyhari itu membuat kita agak risih, katakan saja cukup memalukan karena kesederhanaannya.”
Pendapat kontroversial tersebut, tentu saja, mendapat reaksi yang keras dari para petinggi dan kiyai NU, bahkan sempat dibentuk tim untuk memverifikasi pernyataan tersebut, meski tidak diketahui hasilnya.
Komentar Kiyai Haji Salahuddin Wahid
Sebagai salah satu sesepuh NU, sosok yang akrab disapa Gus Sholah ini merupakan pribadi kebapakan yang bisa ngemong anak-anak dan cucunya. Sosok yang pernah menjadi cawapres dalam pentas politik negeri ini menanggapi pernyataan Said Aqiel Siradj dengan amat bijak.
Menurutnya, berpendapat sah-sah saja. Asalkan tidak diputuskan sepihak dan mengabaikan pendapat mayoritas, lalu dijadikan sebagai sikap resmi organisasi. Hendaknya Said Aqiel Siradj ini mengajak diskusi, khususnya kepada para sesepuh NU lainnya.
Masih menurut Gus Sholah, apa yang dicanangkan oleh Mbah Hasyim justru sangat tepat. Pasalnya, beliau menyasar kelompok kaum Muslimin abangan yang mayoritas di negeri ini. Alhasil, pengikut NU pun berkembang pesat hingga mencapai angka puluhan juta, kala itu.
“Berarti,” tutus Gus Sholah, “rumusan Aswaja Kiyai Haji Hasyim Asyhari itu sesuai harapan masyarakat yang ingin dituju. Jadi, Aswaja rumusan Kiyai Haji Hasyim Asyhari itu tidak memalukan, tetapi jitu dalam membaca harapan masyarakat.”
Semoga Allah Ta’ala menjaga Nahdhatul Ulama’ dan memanjangkan umur para pendirinya yang memperjuangkan tegaknya syariat Islam di bumi nusantara ini.
Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]
Banyak sekali peninggalan dan teladan dari sosok kharismatik yang juga mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng ini. Di antaranya sebagaimana disampaikan oleh Kiyai Haji Salahuddin Wahid dalam ‘Konflik Pemikiran di dalam NU’ Opini Harian Umum Republika (30/1/2016), bahwa Mbah Hasyim, panggilan akrab Kiyai Haji Hasyim Asyhari mendefinisikan Aswaja (Ahli Sunnah wal Jamaah) secara sederhana sebagai ajaran yang di dalam masalah fiqih mengikuti empat imam (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad).
Masih dari tulisan yang sama, apa yang disebut sebagai Qanun Asasi dalam NU ini ditambahi oleh Kiyai Haji Bisri Musthafa dengan: mengikuti Imam Asy’ari dan Imam Maturidi dalam soal aqidah dan Imam al-Ghazali dan Imam Junayd al-Baghdadi dalam urusan tasawuf.
Pernyataan Kontroversi Said Aqiel Siradj
Meski rumusan ini benar dan diamini oleh banyak kiyai di seantero negeri ini, nyatanya apa yang disampaikan oleh Mbah Hasyim dikritisi oleh Said Aqiel Siradj yang kini menjadi pemimpin organisasi massa terbesar di Indonesia itu .
Pada tahun 1995, Said Aqiel Siradj dalam forum Musyawarah Pimpinan mengatakan, “Batasan tentang Aswaja yang dikemukakan KH Hasyim Asyhari itu membuat kita agak risih, katakan saja cukup memalukan karena kesederhanaannya.”
Pendapat kontroversial tersebut, tentu saja, mendapat reaksi yang keras dari para petinggi dan kiyai NU, bahkan sempat dibentuk tim untuk memverifikasi pernyataan tersebut, meski tidak diketahui hasilnya.
Komentar Kiyai Haji Salahuddin Wahid
Sebagai salah satu sesepuh NU, sosok yang akrab disapa Gus Sholah ini merupakan pribadi kebapakan yang bisa ngemong anak-anak dan cucunya. Sosok yang pernah menjadi cawapres dalam pentas politik negeri ini menanggapi pernyataan Said Aqiel Siradj dengan amat bijak.
Menurutnya, berpendapat sah-sah saja. Asalkan tidak diputuskan sepihak dan mengabaikan pendapat mayoritas, lalu dijadikan sebagai sikap resmi organisasi. Hendaknya Said Aqiel Siradj ini mengajak diskusi, khususnya kepada para sesepuh NU lainnya.
Masih menurut Gus Sholah, apa yang dicanangkan oleh Mbah Hasyim justru sangat tepat. Pasalnya, beliau menyasar kelompok kaum Muslimin abangan yang mayoritas di negeri ini. Alhasil, pengikut NU pun berkembang pesat hingga mencapai angka puluhan juta, kala itu.
“Berarti,” tutus Gus Sholah, “rumusan Aswaja Kiyai Haji Hasyim Asyhari itu sesuai harapan masyarakat yang ingin dituju. Jadi, Aswaja rumusan Kiyai Haji Hasyim Asyhari itu tidak memalukan, tetapi jitu dalam membaca harapan masyarakat.”
Semoga Allah Ta’ala menjaga Nahdhatul Ulama’ dan memanjangkan umur para pendirinya yang memperjuangkan tegaknya syariat Islam di bumi nusantara ini.
Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]