SujaNEWS.com — Guru Besar ilmu politik, Prof. Nazaruddin Sjamsuddin mengatakan kaum pribumi di Jakarta khususnya, dan pada umumnya Indonesia akan dibuat tidak betah di Tanahnya sendiri. Etnis Cina dengan dana dan kebersamaan yang kuat memaksa, perlahan agar pribumi angkat kaki.
“Seolah ada pemaksaan agar pribumi itu dibuat tidak betah tinggal di DKI Jakarta. Ada pula pemaksaan agar warga pribumi segera angkat kaki dari Tanah Betawi ini,” katanya, Rabu (24/02/2016), di Jakarta Pusat.
Salah satu contoh yang menguatakan indikasi itu ialah misalnya saja Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama menerapkan pajak tinggi untuk warga. Bilamana ada warga yang tidak mampu membayar pajak yang telah ditetapkan, mau tidak mau ia mengatakan harus angkat kaki dari tempat tinggalnya.
“Sebagai contoh ada apartemen yang dulu pada tahapannya diurus oleh pribumi. Ia mempunyai 20 unit yang diurusnya itu. Namun demikian, setelah ada peraturan pajak yang tinggi, kini pribumi tersebut tidak mampu bayar. Dan mu tidak mau ia menyerahkannya kepada etnis Cina karena tidak kuat membayar charge-nya. Ini terjadi di daerah Kalibata, Jakarta Selatan,” sampainya.
Di lain soal, tentang peluang Ahok, sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta yang nantinya menajdi Presiden RI, pengalamat politik ini mengatakan hal demikian bisa saja terlaksana. Apalagi jika salah satu etnis Cina lainnya bersatu untuk meraih kursi tersebut, maka jalan itu kemungkinan ada.
Namun, jika dilihat dari sudut agama, ia menyatakan hal demikian agak sulit terjadi karena Indonesia yang memiliki penduduk dengan penganut agama Islam terbanyak.
\
“Mereka (etnis Cina) akan besar. Apalagi jika digabung dengan adanya ‘Temana Hari Tanoe’ dan ‘Teman Ahok’. Belum lagi etnis Cina yang menguasai media, cetak maupun elektronik. Itu secara politik. Namun secara agama dilihat tidak akan mungkin,” ia menjelaskan. (RobigustaS/voa-islam.com)
“Seolah ada pemaksaan agar pribumi itu dibuat tidak betah tinggal di DKI Jakarta. Ada pula pemaksaan agar warga pribumi segera angkat kaki dari Tanah Betawi ini,” katanya, Rabu (24/02/2016), di Jakarta Pusat.
Salah satu contoh yang menguatakan indikasi itu ialah misalnya saja Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama menerapkan pajak tinggi untuk warga. Bilamana ada warga yang tidak mampu membayar pajak yang telah ditetapkan, mau tidak mau ia mengatakan harus angkat kaki dari tempat tinggalnya.
“Sebagai contoh ada apartemen yang dulu pada tahapannya diurus oleh pribumi. Ia mempunyai 20 unit yang diurusnya itu. Namun demikian, setelah ada peraturan pajak yang tinggi, kini pribumi tersebut tidak mampu bayar. Dan mu tidak mau ia menyerahkannya kepada etnis Cina karena tidak kuat membayar charge-nya. Ini terjadi di daerah Kalibata, Jakarta Selatan,” sampainya.
Di lain soal, tentang peluang Ahok, sapaan akrab Gubernur DKI Jakarta yang nantinya menajdi Presiden RI, pengalamat politik ini mengatakan hal demikian bisa saja terlaksana. Apalagi jika salah satu etnis Cina lainnya bersatu untuk meraih kursi tersebut, maka jalan itu kemungkinan ada.
Namun, jika dilihat dari sudut agama, ia menyatakan hal demikian agak sulit terjadi karena Indonesia yang memiliki penduduk dengan penganut agama Islam terbanyak.
\
“Mereka (etnis Cina) akan besar. Apalagi jika digabung dengan adanya ‘Temana Hari Tanoe’ dan ‘Teman Ahok’. Belum lagi etnis Cina yang menguasai media, cetak maupun elektronik. Itu secara politik. Namun secara agama dilihat tidak akan mungkin,” ia menjelaskan. (RobigustaS/voa-islam.com)