Dulu Atheis, Kini Guru Islam Jepang

Dulu Atheis, Kini Guru Islam Jepang

SujaNEWS.com — Shimoyama Shigeru, awalnya tak mengenal apa itu Islam. Ketika ia berada ribuan mil jauhnya dari rumahnya di Jepang, ia bertemu dengan Islam, dan jatuh cinta padanya.

Karena kecintaanya pada Islam inilah kini pria yang kemudian menjadi mualaf itu mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan ajaran Islam yang benar dan menyajikan citra Islam yang sebenarnya kepada sesama warga Jepang.

Menurutnya, Jepang mengetahui tentang Islam berdasarkan pandangan Eropa. “Ini membuatnya bias,” ujarnya seperti dilansir dari onislam. Hal ini memperburuk citra islam di mata orang-orang Jepang menurutnya. Misalnya, orang Jepang punya ungkapan “Alquran atau pedang”. Hal ini membuatnya punya keinginan untuk memberikan pemahaman yang benar

Kurangnya pemahaman mereka diperparah dengan serangan yang menghancurkan gedung World Trade Centre, Amerika Serikat pada 9 September 2011 silam. Gara-gara peristiwa tersebut, menurutnya Islam terlihat menakutkan dan mengintimidasi agama lainnya.

Shigeru pertama kali mengenal Islam saat ia bersekolah di Sudan. Ia bertemu dengan banyak orang yang berbeda, yang selalu ramah padanya, meski ia tidak memahami apa yang mereka katakan. “Keramahan ini memberikan kesan yang mendalam,” katanya.
Ia pun terpana mengetahui sebab orang-orang Afrika muslim ini bisa ramah pada semua orang, termasuk padanya. “Ternyata kebaikan mereka ini bersumber dari ajaran Alquran. “Melalui masyarakat Afrika, saya bertemu Islam,” paparnya.

Ketika kembali ke Jepang, ia bertemu dengan seorang mahasiswa Irak yang sedang belajar di Universitas Tokyo. Orang inilah yang memberikan dorongan padanya untuk memeluk Islam. “Islam penuh dengan kebaikan dan kasih sayang,” katanya.

Pengalaman tersebut adalah titik awal kehidupan spiritualnya. “Sebelum saya memeluk Islam, saya tidak pernah percaya dengan adanya tuhan,” katanya.

Ia pun banyak belajar hal baru setelah menjadi mualaf. Selain mengenai ajaran syariahnya, ia juga aktif bergabung dalam komunitas muslim dan beribadah bersama-sama mereka. “Kita bisa hidup berdampingan dengan semua ras dan menganggap mereka sebagai saudara, itu indah sekali,” katanya.

Kini Shigeru dipandang sebagai seorang guru Islam Jepang. Ia percaya bahwa interaksi manusia adalah titik kunci memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Islam pada orang Jepang. “Islam pada dasarnya adalah cara hidup yang hadir dalam aspek kehidupan sehari-hari,” katanya.

Ia berharap bahwa orang akan menjadi tertarik dengan Islam setelah melihat pengaruhnya dalam aspek kehidupan sehari-hari. Juga bahwa komunikasi dengan kaum Muslim akan membantu mereka untuk memahami Islam dengan lebih baik.

Shigeru, yang berpartisipasi dalam pendirian Islamic Center of Japan, mengatakan bahwa Islam menempatkan penekanan kuat pada perilaku yang benar dan kebajikan amal. “Alasan kami beribadah di shaf yang sama dengan yang lain, adalah karena semua orang percaya adalah sama kedudukannya di hadapan Allah,” katanya.

Banyak lagi prinsip kehidupan yang baik yang dipegang oleh umat muslim. Misalnya gagasan untuk memikirkan kebutuhan orang lain terlebih dahulu, dan tidak boleh egois. “Ide-ide Islam telah terukir dalam hati saya,” ujarnya.

Shigeru juga menulis dan menerbitkan berbagai karya, yang menjelaskan tentang Islam untuk para pembaca di Jepang. Ia berharap dengan langkah yang dilakukannya ini bisa menyebarkan ajaran Islam yang benar, dari tidak mendapatkan informasi yang bias lagi. “Saya berharap bisa memberikan kontribusi yang positif,” katanya.

Ia  ingin melakukan apapun yang ia bisa untuk menjernihkan kesalahpahaman orang Jepang tentang Islam dan menyampaikan pemahaman yang benar tentang agama kepada banyak orang. Interaksi antarmanusia dinilai bisa meluruskan kesalahpahaman terhadap Islam.

“Islam itukan cara hidup sehari-hari. Saya berharap melalui perilaku, masyarakat dunia dapat melihat bagaimana seorang Muslim menerapkan ajaran Islam dalam aktivitas sehari-hari,” kata dia seperti dikutip Nippon.com.

Shigeru, yang aktif mengelola masjid Camii Tokyo, mengatakan Islam menempatkan penekanan kuat pada prilaku dan amal baik. Ini dilihat ketika shalat berjamaah. “Ada alasan mengapa kami shalat berjamaah dimana kami berbaris bersama satu sama lain. Ini memperlihatkan ada kesetaraan seorang Muslim dihadapan Allah SWT,” kata dia.

Islam, kata Shigeru, juga memperhatikan masalah sosial keadilan. Setiap Muslim harus memikirkan kebutuhan orang lain sebelum dirinya. Keyakinan ini membebaskan seorang Muslim dari cara berpikir egois.

“Konsep ini sangat terpatri dalam hatiku sekarang,” kata dia.

Selain berkeliling dunia, Shigeru tak lupa untuk membuat satu karya yang ditujukan kepada masyarakat Jepang. Ia menuliskan sebuah buku bagaimana ajaran Islam sebenarnya.

“Saya beruntung bisa berada di Afrika, saya bisa mendapatkan satu pelajaran penting. Anda tahu, kebanyakan orang Jepang tidak memiliki kesempatan berinteraksi. Jadi, saya harap bisa memberikan kontribusi positif,” kata dia.

“Saya selalu ingin menjernihkan kesalahpahaman masyarakat Jepang soal Islam. Lalu saya akan sampaikan pemahaman yang benar tentang agama ini kepada banyak orang,” ucapnya.

(ROL/Alhikmah/Sujanews.com)