SujaNEWS.com — Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung masih kontroversial. Bahkan beberapa kali Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mempertanyakan urgensitas proyek tersebut.
Yusril misalnya bertanya apakah jalan tol Cipularang, kereta api yang ada sekarang dan pesawat yang terbang Jakarta-Bandung masih belum cukup dan belum memuaskan
Pertanyaan tentang urgensi ini, jelas Yusril, tentu saja perlu dijelaskan karena biaya pembangunan kereta cepat ini mencapai 5,5 miliar dolar AS atau Rp 78 triliun. Biaya itu bukan berasal dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) melainkan setoran equity 25 persen konsorsium empat BUMN senilai hampir Rp 19 triliun. Sementara sisanya, atau 75 persen, berasal pinjaman dari China kepada empat BUMN tersebut yang harus dilunasi selama 60 tahun.
“Kontraktor pembangunan kereta cepat itu adalah pihak China sendiri yang mungkin nanti akan bawa tenaga kerja dari China pula. Kalau kontraktor itu lalai atau wanprestasi mengerjakan proyek KA cepat itu, apa yang akan terjadi dengan pinjman kepada konsorsium 4 BUMN itu?” kata Yusril melalui akun twitter-nya beberapa waktu lalu.
Yusril mengingatkan, yang namanya utang tetap utang, yang harus dicicil utang pokok plus bunganya jika telah jatuh tempo. Dan China tidak akan mau pusing dengan kelalaian kontraktornya sendiri, sengaja atau tidak sengaja. Kalau tak mampu bayar, bukan mustahil China akan mengakuisisi saham keempat konsorsium BUMN tersebut, dan dengan cara itu China mulai menguasai BUMN.
“Itulah model ‘investasi’ China ke negara kita sekarang ini. Layakkah mereka disebut sebagai investor?” demikian Yusril.(ts/rmol)
Yusril misalnya bertanya apakah jalan tol Cipularang, kereta api yang ada sekarang dan pesawat yang terbang Jakarta-Bandung masih belum cukup dan belum memuaskan
Pertanyaan tentang urgensi ini, jelas Yusril, tentu saja perlu dijelaskan karena biaya pembangunan kereta cepat ini mencapai 5,5 miliar dolar AS atau Rp 78 triliun. Biaya itu bukan berasal dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) melainkan setoran equity 25 persen konsorsium empat BUMN senilai hampir Rp 19 triliun. Sementara sisanya, atau 75 persen, berasal pinjaman dari China kepada empat BUMN tersebut yang harus dilunasi selama 60 tahun.
“Kontraktor pembangunan kereta cepat itu adalah pihak China sendiri yang mungkin nanti akan bawa tenaga kerja dari China pula. Kalau kontraktor itu lalai atau wanprestasi mengerjakan proyek KA cepat itu, apa yang akan terjadi dengan pinjman kepada konsorsium 4 BUMN itu?” kata Yusril melalui akun twitter-nya beberapa waktu lalu.
Yusril mengingatkan, yang namanya utang tetap utang, yang harus dicicil utang pokok plus bunganya jika telah jatuh tempo. Dan China tidak akan mau pusing dengan kelalaian kontraktornya sendiri, sengaja atau tidak sengaja. Kalau tak mampu bayar, bukan mustahil China akan mengakuisisi saham keempat konsorsium BUMN tersebut, dan dengan cara itu China mulai menguasai BUMN.
“Itulah model ‘investasi’ China ke negara kita sekarang ini. Layakkah mereka disebut sebagai investor?” demikian Yusril.(ts/rmol)