SujaNEWS.com — Dunia internasional sudah tidak menghargai Presiden Jokowi karena tidak jadi berpidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim di Paris, Prancis.
“Saat Jokowi mau pidato setelah Jokowi setelah Obama, tiba-tiba semua kepala negara meninggalkan ruangan. Ini menunjukkan Jokowi sudah tidak dihargai di dunia internasional,” kata pengamat politik Zainal Abidin dalam pernyataan kepada intelijen, Rabu (2/12).
Menurut Zainal, dunia internasional sudah tahu kapasitas Presiden Jokowi yang hanya menjual mimpi ke rakyat Indonesia. “Kepala negara negara lain tahu Jokowi suka ngeles. Mereka pun memantau perkembangan berita di Indonesia. Termasuk cara pencitraan Jokowi,” papar Zainal.
Zainal mengatakan, peristiwa di Paris itu harus menjadi pelajaran berharga buat Jokowi dalam berkomunikasi dan membuat kebijakan. “Komunikasi Jokowi termasuk menjawab pertanyaan wartawan itu sangat buruk. Kebanyakan ngelesnya daripada jawab benarnya,” kritik Zainal.
Sebelumnya, Presiden Jokowi tidak jadi berpidato di Mission Inovation yang digelar di sela-sela KTT Paris pada Senin (30/11) setelah Presiden AS Barack Obama meninggalkan ruangan selanjutnya M Jepang Shinzo Abe, PM Norwegia Erna Solberg, PM Arab Saudi, Presiden Kanada dan Presiden Korea ikut bangkit dari tempat duduk meninggalkan acara.
Kekacauan itu tak pelak membuat Jokowi bingung. Presiden terlihat sempat berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsoedi sampai akhirnya memutuskan untuk ikut meninggalkan tempat acara. Padahal, interpreter dari Kementerian Luar Negeri, yang bertugas menerjemahkan pidato Jokowi dari bahasa Indonesia ke Inggris, sudah siaga di kotak penyulih bahasa.(ts/intelijen)
“Saat Jokowi mau pidato setelah Jokowi setelah Obama, tiba-tiba semua kepala negara meninggalkan ruangan. Ini menunjukkan Jokowi sudah tidak dihargai di dunia internasional,” kata pengamat politik Zainal Abidin dalam pernyataan kepada intelijen, Rabu (2/12).
Menurut Zainal, dunia internasional sudah tahu kapasitas Presiden Jokowi yang hanya menjual mimpi ke rakyat Indonesia. “Kepala negara negara lain tahu Jokowi suka ngeles. Mereka pun memantau perkembangan berita di Indonesia. Termasuk cara pencitraan Jokowi,” papar Zainal.
Zainal mengatakan, peristiwa di Paris itu harus menjadi pelajaran berharga buat Jokowi dalam berkomunikasi dan membuat kebijakan. “Komunikasi Jokowi termasuk menjawab pertanyaan wartawan itu sangat buruk. Kebanyakan ngelesnya daripada jawab benarnya,” kritik Zainal.
Sebelumnya, Presiden Jokowi tidak jadi berpidato di Mission Inovation yang digelar di sela-sela KTT Paris pada Senin (30/11) setelah Presiden AS Barack Obama meninggalkan ruangan selanjutnya M Jepang Shinzo Abe, PM Norwegia Erna Solberg, PM Arab Saudi, Presiden Kanada dan Presiden Korea ikut bangkit dari tempat duduk meninggalkan acara.
Kekacauan itu tak pelak membuat Jokowi bingung. Presiden terlihat sempat berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsoedi sampai akhirnya memutuskan untuk ikut meninggalkan tempat acara. Padahal, interpreter dari Kementerian Luar Negeri, yang bertugas menerjemahkan pidato Jokowi dari bahasa Indonesia ke Inggris, sudah siaga di kotak penyulih bahasa.(ts/intelijen)