SujaNEWS.com — Cadangan minyak Indonesia saat ini terus menurun, sementara eksplorasi mencari cadangan baru tidak sesuai harapan. Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengatakan, generasi Indonesia saat ini merampok hak generasi bangsa ini di masa mendatang.
"Sekarang ini sebetulnya kita sedang merampok hak generasi mendatang. Cadangan migas kita makin turun, bukannya aktif melakukan eksplorasi, tapi kita justru menguras habis-habisan cadangan yang ada," ungkap Faisal Basri, ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/4/2015).
Seperti diketahui, produksi minyak nasional saat ini hanya sekitar 767.000 barel per hari. Dari jumlah itu, yang murni didapat pemerintah hanya 500.000 barel per hari, sisanya harus bagi hasil dengan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Sementara konsumsi BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel perhari.
Pemerintah sedang berjuang meningkatkan produksi minyak sebanyak-banyaknya. Target produksi minyak tahun ini adalah 825.000 barel per hari. Namun, cadangan minyak Indonesia terus berkurang.
Faisal mengatakan, Indonesia seharusnya malu. Karena negara seperti Timor Leste saja jauh lebih maju dalam mengelola hasil minyak dan gas bumi negaranya.
"Di Timor Leste, seluruh penerimaan migas maksimum yang bisa dipakai APBN hanya 20% saja, 80%-nya ditabung. Saya dapat datanya, akhir tahun lalu nilai penerimaan migas yang ditabung (Petroleum Fund) Timor Leste mencapai US$ 16,5 miliar," ungkapnya.
Di Indonesia, kata Faisal Basri, justru pendapatan migas yang didapat seperti tahun lalu US$ 30 miliar, 100% masuk di APBN untuk kemudian digunakan untuk gaji PNS, belanja modal pemerintah, ada juga pendidikan dan infrastruktur.
"Kita itu merampok hak generasi masa depan kita! Harusnya kita punya Petroleum Fund, itu yang harus tertuang dalam revisi Undang-Undang Migas. Petroleum fund ini untuk generasi mendatang bukan untuk dibagi-bagi ke National Oil Company (seperti Pertamina) untuk tingkatkan kemampuannya. Ini kita jaga supaya kepentingan-kepentingan untuk masukan pasal-pasal di oil fund tidak seperti itu di DPR," tutupnya, demikian detikcom mengabarkan.
"Sekarang ini sebetulnya kita sedang merampok hak generasi mendatang. Cadangan migas kita makin turun, bukannya aktif melakukan eksplorasi, tapi kita justru menguras habis-habisan cadangan yang ada," ungkap Faisal Basri, ditemui di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/4/2015).
Seperti diketahui, produksi minyak nasional saat ini hanya sekitar 767.000 barel per hari. Dari jumlah itu, yang murni didapat pemerintah hanya 500.000 barel per hari, sisanya harus bagi hasil dengan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Sementara konsumsi BBM nasional saat ini mencapai 1,5 juta barel perhari.
Pemerintah sedang berjuang meningkatkan produksi minyak sebanyak-banyaknya. Target produksi minyak tahun ini adalah 825.000 barel per hari. Namun, cadangan minyak Indonesia terus berkurang.
Faisal mengatakan, Indonesia seharusnya malu. Karena negara seperti Timor Leste saja jauh lebih maju dalam mengelola hasil minyak dan gas bumi negaranya.
"Di Timor Leste, seluruh penerimaan migas maksimum yang bisa dipakai APBN hanya 20% saja, 80%-nya ditabung. Saya dapat datanya, akhir tahun lalu nilai penerimaan migas yang ditabung (Petroleum Fund) Timor Leste mencapai US$ 16,5 miliar," ungkapnya.
Di Indonesia, kata Faisal Basri, justru pendapatan migas yang didapat seperti tahun lalu US$ 30 miliar, 100% masuk di APBN untuk kemudian digunakan untuk gaji PNS, belanja modal pemerintah, ada juga pendidikan dan infrastruktur.
"Kita itu merampok hak generasi masa depan kita! Harusnya kita punya Petroleum Fund, itu yang harus tertuang dalam revisi Undang-Undang Migas. Petroleum fund ini untuk generasi mendatang bukan untuk dibagi-bagi ke National Oil Company (seperti Pertamina) untuk tingkatkan kemampuannya. Ini kita jaga supaya kepentingan-kepentingan untuk masukan pasal-pasal di oil fund tidak seperti itu di DPR," tutupnya, demikian detikcom mengabarkan.