Sayangnya, ternyata film yang kini sampai pada episode 478 itu memuat sejumlah pesan negatif yang bisa meracuni aqidah dan fikrah umat Islam. Berikut lima di antaranya:\
1. Pernikahan beda agama
Melalui film tersebut, pikiran umat Islam dibentuk untuk terbiasa menyaksikan pernikahan beda agama.
Padahal dalam Islam, laki-laki muslim hanya halal menikah dengan wanita muslimah dan ahli kitab. Ahli kitab yang maksudnya adalah yahudi dan nasrani pun diperselisihkan oleh para ulama, apakah yahudi dan kristiani di zaman sekarang masih tergolong sebagai ahli kitab.
Seperti diketahui, dalam film Jodha Akbar, Raja Jalal yang muslim menikah dengan Jodha yang beragama Hindu. Dan mereka berdualah tokoh utama dalam film tersebut. Jika pun nantinya di akhir film tersebut Jodha masuk Islam, itu adalah persoalan lain.
2. Muslimah jahat
Dalam film Jodha Akbar, Jodha tampil sebagai wanita yang lembut dan baik hati. Sementara istri Raja Jalal yang lain terutama Ratu Ruqayyah tampil sebagai muslimah pendendam. Belum lagi wanita-wanita muslimah lainnya yang tak jauh dari intrik dan kesan jahat.
Secara tak sadar, tampilan karakter seperti ini bisa meracuni pemikiran penonton dengan hanya memasukkan dua sosok dalam perbandingan: muslimah jahat dan non muslim baik hati.
3. Jilbab syar’i tak terpuji
Secara tampilan pakaian, perdana menteri Maham Anga tampak paling islami. Berpakaian jubah putih dan berjilbab. Menutup aurat. Namun, ia selalu memiliki karakter tak terpuji. Licik, penuh intrik, dan sangat jahat.
Dengan peran pradoks seperti itu, pikiran penonton bisa terbentuk bahwa orang berjilbab hatinya jahat. Atau setidaknya akan muncul kesimpulan perbandingan: lebih baik tidak berjilbab tapi hatinya baik daripada berjilbab tapi hatinya jahat.
4. Cerita palsu menyudutkan Islam
Meskipun ditulis sebagai cerika fiktif di akhir film, banyak orang yang terpengaruh dan menganggap apa yang terjadi dalam film Jodha Akbar semuanya diangkat dari sejarah atau kisah nyata. Padahal, banyak cerita palsu dalam film tersebut. Meskipun kerajaan Mughol tidak sepenuhnya islami, tetapi gambaran dalam film Jodha Akbar terlalu menyudutkan Islam.
Sejumlah pembaca telah menyampaikan pengaduan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) tentang film ini. KPI juga telah meminta ANTV memperhatikan aduan tersebut pada September 2014 lalu.
5. Lupa waktu
Film Jodha Akbar membuat banyak orang –terutama kaum perempuan- lupa waktu. Mereka asyik menonton film tersebut dan tetap mengikutinya meskipun jam tayang dipindah lebih larut malam.
Lupa waktu ini akan lebih terlihat ketika penonton mengikuti tayangan ulang pada hari Ahad sejak siang hingga malam. Adzan yang berkumandang seperti tidak dihiraukan dan waktu shalat pun ditunda demi film Jodha Akbar. Bahkan, sebagian orang mempercepat shalat sesuai durasi iklan agar tidak ketinggalan cerita dalam film tersebut. [Ibnu K/Tarbiyah]