SUJA - Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman mengatakan, pengepungan kader PDI Perjuangan ke salah satu stasiun televisi swasta dapat merugikan calon presiden nomor urut dua ini, yakni Joko Widodo (Jokowi).
"Dalam masa kampanye seperti ini lagi-lagi Jokowi dirugikan oleh tindakan para pendukungnya sendiri. Meski kasus ini tidak berkaitan langsung dengan Jokowi, namun masyarakat justru mempertanyakan sikap Jokowi sendiri yang seperti membiarkan hal seperti itu terjadi bahkan terkesan malah menyalahkan media. Mungkin beliau lupa jika yang membesarkan nama Jokowi salah satunya berkat peran media," kata Jajat di Jakarta.
Menurut dia, kekecewaan akan penyiaran salah satu stasiun televisi swasta mengenai pemberitaan yang tidak berkenan merupakan satu hal yang wajar, namun cara protes yang dilakukan dengan tidak melalui mekanisme sesuai dengan aturan yang berlaku tidaklah dapat dibenarkan.
Jajat menilai, seruan Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo yang menyerukan siaga satu dan mengepung kantor TV one sangatlah tidak terpuji dan tidak mencerminkan watak demokratis di kubu PDIP.
Sebaliknya masyarakat akan mempertanyakan siapa yang mesti direvolusi mental seperti yang kerap digalakkan oleh capres yang diusungnya Jokowi-Jk.
Jokowi mengatakan tidak memiliki kontrol penuh atas tindakan para relawan ataupun simpatisannya, apakah Jokowi tidak mengetahui jika perintah tersebut justru datang dari petinggi PDIP, partai yang mengusungnya.
"Kesalahan besar jika seorang pemimpin tidak bisa mengendalikan masa pendukungnya, ini baru jumlah yang mungkin masih terbatas bagaimana jika terpilih nanti memimpin penduduk yang jumlahnya lebih besar, apakah tetap akan dibiarkan," tutur Jajat.
(Ant)
"Dalam masa kampanye seperti ini lagi-lagi Jokowi dirugikan oleh tindakan para pendukungnya sendiri. Meski kasus ini tidak berkaitan langsung dengan Jokowi, namun masyarakat justru mempertanyakan sikap Jokowi sendiri yang seperti membiarkan hal seperti itu terjadi bahkan terkesan malah menyalahkan media. Mungkin beliau lupa jika yang membesarkan nama Jokowi salah satunya berkat peran media," kata Jajat di Jakarta.
Menurut dia, kekecewaan akan penyiaran salah satu stasiun televisi swasta mengenai pemberitaan yang tidak berkenan merupakan satu hal yang wajar, namun cara protes yang dilakukan dengan tidak melalui mekanisme sesuai dengan aturan yang berlaku tidaklah dapat dibenarkan.
Jajat menilai, seruan Sekretaris Jenderal PDIP Tjahjo Kumolo yang menyerukan siaga satu dan mengepung kantor TV one sangatlah tidak terpuji dan tidak mencerminkan watak demokratis di kubu PDIP.
Sebaliknya masyarakat akan mempertanyakan siapa yang mesti direvolusi mental seperti yang kerap digalakkan oleh capres yang diusungnya Jokowi-Jk.
Jokowi mengatakan tidak memiliki kontrol penuh atas tindakan para relawan ataupun simpatisannya, apakah Jokowi tidak mengetahui jika perintah tersebut justru datang dari petinggi PDIP, partai yang mengusungnya.
"Kesalahan besar jika seorang pemimpin tidak bisa mengendalikan masa pendukungnya, ini baru jumlah yang mungkin masih terbatas bagaimana jika terpilih nanti memimpin penduduk yang jumlahnya lebih besar, apakah tetap akan dibiarkan," tutur Jajat.
(Ant)