Sujanews.com — Mohamad Alloush, kepala politik faksi oposisi terbesar di Ghouta Timur, Jaisyul-Islam (Tentara Islam), mengatakan pada Senin (26 Februari) faksi-faksi oposisi di Ghouta Timur Suriah menyambut Resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan genjatan senjata selama 30 hari di seluruh negeri tetapi dia menuduh milisi pro-Assad melanggar genjatan senjata itu seperti yang dilaporkan Orient News pada Selasa, 27 Februari 2018.
Alloush, yang sedang menghadiri sebuah konferensi bantuan internasional di Riyadh, mengatakan rezim Assad dan sekutunya telah melancarkan “sebuah sweeping serangan darat” setelah resolusi PBB itu, menambahkan bahwa sangatlah penting genjatan itu diterapkan.
Selama seminggu terakhir rezim Assad dan sekutunya telah menyerang kantong-kantong wilayah oposisi di Ghouta Timur dekat Damaskus dalam salah satu bombardir terbesar dalam perang sipil yang telah berlangsung tujuh tahun, membunuh ratusan penduduk sipil.
Baca: DKK PBB Serukan Gencatan Senjata 30 Hari di Suriah
Alloush mengatakan rezim Assad, Rusia dan Iran semestinya “membuka sebuah jalur aman” bagi para petempur Front al Nusra, untuk meninggalkan Ghouta karena rezim telah menggunakan kehadiran mereka sebagai alasan untuk terus melakukan pengeboman.
Baca: Perang Khon Thuman, Jaisyul Fathi Tumpas 150 Milisi Dukungan Iran
Menteri pertahanan Rusia dikutip oleh kantor berita RIA yang mengatakan Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan genjatan senjata harian di Ghouta Timur dari 9 pagi hingga 2 malam setiap harinya dan untuk membangun “koridor kemanusiaan” sehingga para penduduk bisa pergi.
Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan genjatan senjata tidak mencakup faksi oposisi Ahrar Syam atau Jaisyul Islam , menyebut mereka sebagai rekan dari Front al Nusra.
Dua faksi oposisi besar di Ghouta Timur merupakan Jaisyul -Islam dan Failaq al-Rahman. Tahrir Syam, sebuah aliansi faksi militer termasuk Nusra, memiliki kehadiran yang sangat kecil di Ghouta Timur.
Rezim Assad dan sekutunya, meskipun begitu menggunakan kehadiran kecil ini untuk membenarkan pembantaian terhadap penduduk sipil dalam serangan yang dilancarkan pada minggu lalu di Ghouta Timur. [Sujanews.com]
Sumber:
Alloush, yang sedang menghadiri sebuah konferensi bantuan internasional di Riyadh, mengatakan rezim Assad dan sekutunya telah melancarkan “sebuah sweeping serangan darat” setelah resolusi PBB itu, menambahkan bahwa sangatlah penting genjatan itu diterapkan.
Selama seminggu terakhir rezim Assad dan sekutunya telah menyerang kantong-kantong wilayah oposisi di Ghouta Timur dekat Damaskus dalam salah satu bombardir terbesar dalam perang sipil yang telah berlangsung tujuh tahun, membunuh ratusan penduduk sipil.
Baca: DKK PBB Serukan Gencatan Senjata 30 Hari di Suriah
Alloush mengatakan rezim Assad, Rusia dan Iran semestinya “membuka sebuah jalur aman” bagi para petempur Front al Nusra, untuk meninggalkan Ghouta karena rezim telah menggunakan kehadiran mereka sebagai alasan untuk terus melakukan pengeboman.
Baca: Perang Khon Thuman, Jaisyul Fathi Tumpas 150 Milisi Dukungan Iran
Menteri pertahanan Rusia dikutip oleh kantor berita RIA yang mengatakan Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan genjatan senjata harian di Ghouta Timur dari 9 pagi hingga 2 malam setiap harinya dan untuk membangun “koridor kemanusiaan” sehingga para penduduk bisa pergi.
Namun, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan genjatan senjata tidak mencakup faksi oposisi Ahrar Syam atau Jaisyul Islam , menyebut mereka sebagai rekan dari Front al Nusra.
Dua faksi oposisi besar di Ghouta Timur merupakan Jaisyul -Islam dan Failaq al-Rahman. Tahrir Syam, sebuah aliansi faksi militer termasuk Nusra, memiliki kehadiran yang sangat kecil di Ghouta Timur.
Rezim Assad dan sekutunya, meskipun begitu menggunakan kehadiran kecil ini untuk membenarkan pembantaian terhadap penduduk sipil dalam serangan yang dilancarkan pada minggu lalu di Ghouta Timur. [Sujanews.com]
Sumber: