Angka 212 pada komik X-MEN GOLD #1. Foto/ Ardian Syaf, Jay Leisten, dan Frank Martin. |
’’Saya terima suratnya sekitar pukul 03.00. Nggak kaget. Saya sudah tahu, tinggal nunggu waktu aja,’’ jelasnya ketika dihubungi Jawa Pos kemarin.
Ardian, sebagaimana diberitakan, menuai kontroversi ketika menyisipkan tulisan QS 5:51 dan 212 dalam komik X-Men: Gold edisi perdana yang digambarnya.
Marvel kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa sikap itu tidak mewakili publisher komik raksasa asal AS tersebut. Mereka juga bakal merevisi cetakan kedua X-Men: Gold edisi pertama dengan menghapus sisipan dari Ardian.
Aan, begitu dia akrab disapa di kalangan komikus, kemudian menuturkan yang terjadi saat dirinya menggambar X-Men: Gold #1. Dia menyatakan baru pulang dari mengikuti aksi bela Islam 2 Desember di Monas.
’’Sebagai umat Islam, mengikuti aksi akbar membela Alquran kayak gitu, saya merasa terkesan sekali. Itu pengalaman yang luar biasa, sangat membekas di hati saya,’’ cerita Aan.
’’Apalagi saya datang dari luar kota, bergabung dengan orang sebanyak itu di Jakarta, membela apa yang saya yakini. Akhirnya, pas sampai di rumah, lanjutin nggambar, ya saya gambar aja itu,’’ tambahnya.
Bapak satu anak tersebut mengaku tidak mempunyai intensi apa-apa ketika menggambar angka 212 di dinding atas sebuah bangunan dan QS 5:51 di jersey Colossus. Dia murni ingin mengabadikan momen aksi yang baru diikuti. Dia pun sudah menjelaskan itu kepada Marvel. ’’Tapi, Marvel kan punya Disney. Begitu Yahudi disinggung, ya tidak ada ampun,’’ ungkapnya.
Aan pun menyatakan tidak anti-Yahudi atau anti-Kristen. Kalau memang anti, kata Aan, dia pasti tidak akan bekerja di publisher luar negeri.
Faktanya, penggemar Wolverine tersebut sudah 10 tahun bekerja di publisher komik AS. Tepatnya, sejak 2007, dia mulai bekerja di sebuah penerbit kecil. Dua tahun kemudian dia pindah ke Marvel. Hanya sebentar di sana, Aan meloncat ke DC Comics. Pertengahan 2016, dia balik kucing ke Marvel.
Menanggapi keluhan rekan-rekan sejawat yang khawatir kontraknya diputus juga, Aan menyatakan bahwa perusahaan sebesar
Marvel tidak akan sembarangan memecat komikus. Mereka bekerja secara profesional. Jika komikus tidak berbuat kesalahan seperti dia, tentu kontraknya tidak akan diputus. ’’Kesalahan saya kan karena memasukkan unsur yang menyinggung keyakinan,’’ ucapnya.
Setelah berhenti bekerja sama dengan Marvel, Aan mengaku belum mempunyai rencana ke depan. Dia ingin menenangkan diri dulu bersama keluarga di Tulungagung.
Kemarin pagi dia mengunggah status di Facebook yang menyatakan bahwa karirnya telah berakhir. Namun, berkat posting itu, dia kebanjiran banyak tawaran. ’’Tapi belum tahu mau ambil yang mana,’’ tuturnya. [Sujanews.com]