"Caranya adalah mendukung partai-partai Islam dalam pemilihan legislatif, pilkada dan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden," kata Yusril lewat keterangan tertulisnya, Selasa (14/3/2017).
Dikatakannya, umat Islam tidak cukup hanya unjuk kekuatan dengan aksi damai, zikir, dan doa tanpa langkah-langkah nyata untuk membangun kekuatan politik Islam di Indonesia. Aksi damai, shalat jamaah, zikir, dan do'a memang penting, namun jangan dilupakan adanya usaha-usaha nyata untuk membangun kekuatan politik yang tangguh.
"Adalah kontradiksi, jika umat Islam menjalankan ibadah menurut tuntunan Islam, namun dalam politik mendukung kekuatan politik sekuler. Bahkan, tidak jarang kekuatan politik sekuler itu bukan hanya tidak simpatik kepada Islam dan umatnya, tetapi juga bersifat anti-Islam," katanya, seperti dikutip Republika.
Yusril menyebut, kekuatan politik Islam yang wajib didukung itu adalah kekuatan moderat yang menempatkan Islam dan umatnya berada dalam posisi ummatan wasatan (yang berada di tengah). Bukan kekuatan ekstrim, apa lagi yang bersifat intoleran terhadap perbedaan.
"Kekuatan Islam moderat ini menjunjung tinggi azas-azas Islam, etika dan moralitas Islam yang bertumpu pada prinsip keadilan bagi semua," katanya. [Sujanews.com]