“Agama dan identitas dipertimbangkan dalam berpolitik. Tidak hanya di Indonesia, yang menggunakan isu politik identitas, Eropa anti imigran pun demikian. Pada intinya sama saja,” sampainya, Rabu (29/03/2017), di Jakarta.
Kenyataan ini pun nampaknya tidak ia pungkiri, terlebih adanya lembag survey seperti Poolmark yang merilis bahwa kaum Kristen memilih Ahok karena identitasnya daripada kinerjanya.
“Temuan Polmark, respon mereka saat ini kenapa memilih Gubernur disebebkan karena agamanya daripada kinerja. Dan ini fakta. Ini harus diakui,” tambahnya.
Baginya, dengan kenyataan tersebut, maka tidak dapat dihilangkan bahwa agama dapat dimungkinkan dengan kuat menentukan dan mempengaruhi para pemilih.
“Agama itu sangat menentikan dan mempengaruhi,” singkatnya tutup. [Sujanews.com]