Namun, dukungan kubu Djan Farid dan Rohmaahurmuziy dinilai hanya sebagai gerbong kosong. Sebab, mayoritas suara arus bawah partai Kabah tidak setuju dengan keputusan tersebut. Sebagaimana hasil survei Polmark Resech Canter (PRC) yang mencatat sebanyak 65,6 persen masyarakat memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno (Anies-Sandi). Sedangkan 28,1 persen memilih Ahok-Djarot, dan 6,3 persen masih rahasia.
Kader muda PPP Usni Hasanudin mengatakan, dukungan terhadap pasangan petahana sangat tidak rasional untuk partai Kabah. Menurutnya, apapun pembenaran yang dikemukakan tetap menyakitkan umat.
"Keputusan itu tidak dapat ditolerasi secara nilai pernjuangan PPP. Yang menjadi khidmat itu sudah mendarah daging," terangnya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (28/3).
Sebab, menurut kandidat Doktor Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) tersebut, hal itu bukan hanya persoalan dukungan terhadap Ahok-Djarot yang diberikan PPP. Tapi, bagaimana partai bisa mempertahankan eksistensinya sejak didirikan 1973 silam. Alumnus Pondok Pesantren Assalafiyah, Sukabumi itu menilai, PPP sudah menjadi bagian dari umat Islam dan bangsa Indonesia. Untuk itu, sebagai kader, Usni mengingatkan dan mengimbau DPP PPP menarik dukungan terhadap Ahok-Djarot.
"Baik itu Romi atau Djan, tarik dukungan demi partai. Mereka sudah hancurkan PPP tapi tidak sadar," ujarnya.
Usni juga mengimbau terhadap seluruh fungsionaris mengambil langkah-langkah organisasi agar segera menyelenggarakan Muktamar Luar Biasa (Muktamarkun) untuk mengembalikan dan menyelamatkan PPP. Sebab, partai sudah tidak bisa berharap dari konflik berkepanjangan yang sangat merugikan secara institusi.
"Perlu musyawarah kembalikan PPP pada jalan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam yang selama ini menjadi landasan perjuangan. Romi dan Djan tidak pikirkan perjuangan partai," tegas Usni. [Sujanews.com]