Yahya Jammeh Akhirnya Lepas Jabatan Presiden dan Tinggalkan Gambia

Yahya Jammeh Akhirnya Lepas Jabatan Presiden dan Tinggalkan Gambia

Sujanews.com —   Yahya Jammeh, presiden Gambia yang sempat ogah melepaskan jabatan dan menyerahkannya ke presiden baru terpilih penggantinya, akhirnya bersedia meninggalkan kursi empuk yang didudukinya selama 22 tahun dan mengasingkan diri ke luar negeri.

Jammeh menaiki pesawat yang membawanya ke Guinea dan dari sana akan melanjutkan perjalanan menunju ke tempat pengasingan di Guinea Ekuatorial, kata Ecowas seperti dikutip BBC Ahad (22/1/2017).

Jammeh kalah dalam pemilihan presiden Desember 2016 melawan pesaingnya Adama Barrow. Namun dia enggan beranjak dari kursi kepala negara.

Barrow yang saat ini masih mengungsi sementara ke Senegal, mengatakan akan kembali ke Gambia segera.

Marcel de Souza, presiden Economic Community of West African States (Ecowas), mengatakan operasi militer yang mengirimkan pasukan Afrika Barat ke Gambia untuk mendukung Barrow, sekarang berakhir, meskipun sebagian personel masih ditempatkan di negara itu guna memastikan keamanan.

Yahya Jammeh, yang pernah menyatakan Gambia sebagai negara Islam dan menggunakan hukum syariah, tiba di bandara dengan iring-iringan panjang kendaraan para pendukungnya yang bersorak-sorai mengiringi kepergiannya.

Dia berdiri di sebuah pijakan kecil sambil mendengarkan musik seremonial yang dimainkan oleh band militer, lalu berjalan di atas karpet merah yang dikelilingi oleh para pejabat dan tokoh terkemuka Gambia.

Jammeh kemudian melangkah menaiki anak-anak tangga pesawat, memutar badannya, mencium dan melambaikan sebuah kitab Al-Qur’an yang dibawanya.

Setelah 22 tahun berkuasa, Jammeh pergi meninggalkan Gambia menuju Guinea dan bermukim sementara di sana, untuk kemudian diyakini mengasingkan diri ke negara lain.

Bagaimana Yahya Jammeh dirayu, sehingga bersedia menyerahkan kekuasaan secara damai, tidak diketahui jelas. Pastinya, setelah Jammeh berulang kali menyatakan tidak bersedia melepaskan jabatan presiden dan berusaha mencari dukungan untuk mempertahankan kekuasaan, negara-negara yang tergabung dalam Uni Afrika menyatakan bersedia mengirimkan tentaranya ke Gambia untuk memaksa Jammeh turun dari singgasananya.

Kabar yang muncul menyebutkan, Jammeh memutuskan untuk melepas jabatannya setelah melakukan pembicaraan dengan presiden dari Guinea dan Mauritania.

Presiden Guinea Alpha Conde ada bersama Jammeh dan istrinya di dalam pesawat yang meninggalkan Banjul hari Sabtu malam (21/1/2017).

Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Jammeh, yang pernah menyatakan akan memerintah Gambia selama miliaran tahun, mengatakan bahwa dirinya bersedia turun dari jabatannya dan “tidak perlu ada setetes darah pun yang tumpah.”

“Saya telah memutuskan hari ini dalam kesadaran yang baik untuk melepas jubah kepemimpinan negara besar ini dengan ucapan terima kasih tak terhingga kepada seluruh rakyat Gambia,” kata Jammeh.

Meskipun harus lebih dulu ditekan sana-sini, Yahya Jammeh adalah presiden pertama di Gambia yang menyerahkan kekuasaannya secara damai sejak negara itu merdeka dari Inggris di tahun 1965.

Barrow, yang berada di Senegal selama beberapa hari, dilantik sebagai presiden di Kedutaan Besar Gambia di negara tetangganya itu pada hari Kamis (19/1/2017).

Menyusul pengumuman hasil pemilu presiden akhir tahun lalu, sebenarnya Jammeh langsung menerima kekalahannya dan menyatakan akan menyerahkan kekuasaan dengan damai kepada penggantinya. Namun, entah mengapa kemudian dia berubah sikap, tidak mau mundur, berdalih proses pemilu tersebut dipenuhi kecurangan.*  [HDT/Sujanews.com]