Kekuatan Apakah di Balik Penista Agama Hingga Hukum dan Negara Terkesan Tumpul di Hadapannya?

Ketua GNPF MUI KH Bachtiar Nasir menyampaikan ceramah yang sangat bertenaga di Masjid Pondok Indah Jakarta pada Selasa (6/12/16). Di awal ceramah, beliau berusaha menjawab, siapakah kekuatan di balik Penista Agama hingga hukum dan Negara tumpul di hadapannya?
Berikut transkripnya.

Ada yang aneh di negeri ini. Kenapa hukum bisa lumpuh di hadapan satu orang? Orang yang sangat-sangat jauh dari nilai-nilai Pancasila. Orang yang sangat jauh dari nilai Kebhinekaan. Orang yang sesungguhnya tidak kenal dengan apa yang disebut Nasionalisme.

Ada yang aneh. Kekuatan apa gerangan yang ada di belakang dia. Sehingga seakan-akan, aparat hukum dan Negara tidak berdaya dibuatnya. Lambat laun tabir itu semakin terbuka.
Tetapi, rakyat masih bersabar.

Apa yang terjadi selanjutnya? Rupanya rakyat melihat, ternyata hukum masih dipermainkan. Dan si pongah penista agama ini semakin bertambah pongah.

Hari aksi damai. Hari melawan dengan bertahan. Hari menang dengan bersabar.

Kami tidak ingin mengorbankan nyawa, walau datang sudah siapkan nyawa. Demi Allah. Kami tidak ingin ada darah tertumpah lagi. Sungguh, kami ingin damai.

Walau yang datang sudah nulis wasiat (untuk keluarganya). Wasiat untuk anak, cucu, untuk istri. Walau yang datang sudah menulis wasiat dan siap mengorbankan apa yang mereka miliki. Tetapi komitmen aksi damai kami tidak boleh bergeser.

Meskipun ada yang tidak puas. Mengapa kami datang ke sini untuk damai seperti ini? Di dalam benak orang-orang ini, yang namanya demo itu teriak-teriak. Yang namanya unjuk rasa itu mencaci dan memaki.

Tapi kami kali ini tidak ingin seperti 1998. Dan itu bukan keinginan kami. (1998) Murni politik, ada yang ingin berkuasa.

Kami tidak berkeinginan berkuasa dan menjadi penguasa. Karena menjadi penguasa itu berat sekali di hadapan Allah 'Azza wa Jalla. Karena kami punya prinsip.

Kenapa langit dan bumi masih beredar pada porosnya? Karena kami yakin, kalimat Allah pasti tegak. Kami tidak perlu capek-capek berpikir untuk menjatuhkan siapa pun di Indonesia ini, tidak pernah berpikir untuk menggantikan siapa pun di negeri ini.

Karena ketika dia sudah bertentangan dengan keadilan Allah dan bertentangan dengan keadilan rakyat, dia akan tumbang dengan sendirinya.

Karenanya, aksi damai 212 tidak lagi kami ketuk pintu Istana karena kami sudah menegurnya, dan dia tidak ada di rumahnya. Entah kemana. Karena kami tidak punya keinginan untuk mengetuk pintu Istana lagi, karena penuh dengan nista.