Seorang Dokter di Aleppo Gugat Presiden Putin atas Kejahatan Rusia di Suriah

 Dr. Moawyah Al-Awad

Sujanews.com — Dr. Moawyah Al-Awad, seorang Kardiologi Suriah, telah bekerja di rumah sakit Al Quds sejak 2012 telah mengajukan  tiga tuntutan  kepada Presiden Rusia Vladimir Putin terkait pengeboman berkelanjutan yang dilakukan AU Rusia terhadap kota Aleppo.

Dr Moawyah Al-Awad, adalah dokter jantung yang bekerja di satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi di Kota Aleppo, menggunakan jasa pengacara yang berbasis di London untuk mengurus gugatannya.

Moawyah Al-Awad merupakan satu dari beberapa dokter yang tersisa, yang juga berjuang dengan rekan para medis merawat korban luka pengeboman pasar kemarin.  Ia mengajukan tuntutan hukum terhadap Rusia di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Aksi David dan Goliath ini dinilai berdasarkan prinsip-prinsip hukum yang penting.

Moawyah Al-Awad telah bekerja di rumah sakit Al Quds di Aleppo sejak 2012. Rumah sakit itu sekarang beroperasi di tempat yang dirahasiakan, karena bangunan aslinya telah hancur karena serangan udara pada 27 April 2016.

Tuntutannya karena Rusia telah melanggar haknya (dan pasiennya) untuk hidup (Pasal 2) dan haknya (dan pasiennya) untuk hidup bebas dari perlakuan merendahkan dan tidak manusiawi (Pasal 3).

Pada 29 September keadaan di Aleppo dideskripsikan oleh Dewan Keamanan PBB melalui kepala pejabat kemanusiaannya Stephen O’Brein seperti ini;

“Biar saya jelaskan, pada detik ini Aleppo timur tidak berada di tepi jurang. Tetapi secara mengerikan telah jatuh ke dalam neraka tanpa ampun dan belas kasihan dari bencana kemanusiaan yang tidak pernah kita saksikan di Suriah. Suriah sedang berdarah. Rakyatnya sekarat. Kami semua mendengar tangis meminta mereka,” ujar Stephen O’Brein dikutip laman Hidayatullah.com, Sabtu (15/10/2016).

Tindakan Dr. Al-Awad menetapkan sebuah standar diluar retorika. Kasus yang diajukan pada Pengadilan Eropa  (seperti yang dia minta) telah dikirim ke kementrian luar negeri Prancis, Inggris, dan AS serta negara Eropa lain.

Berkasnya juga telah diberikan pada semua badan PBB terkait dan pelapor khusus. Sekarang sepenuhnya terserah mereka, serta Pengadilan Eropa, memanfaatkan inisiatifnya. Sebuah inisiatif yang diambil oleh seorang dokter yang kelelahan karena bekerja shift 20 jam dalam kondisi takut akan segera mati.*