Mengikuti Pola Asuh Rasulullah

Mengikuti Pola Asuh Rasulullah

Sujanews.com — Sudah tidak diragukan lagi bahwa Rasulullah saw. adalah seorang ahli strategi. Beliau tidak hanya memiliki strategi dalam hal berperang dan berbisnis saja, tetapi  juga strategi dalam mendidik anak. Tidak hanya Rasulullah saw., sebagai orang tua, ada kalanya Abi dan Ummi pun memerlukan sebuah strategi dalam menerapkan pola asuh yang baik dan benar kepada anak. Bayangkan, pasti tidaklah mudah menerapkan aturan-aturan dalam sebuah lingkungan, khususnya dalam lingkungan keluarga. Untuk membuat anggota keluarga mengikuti aturan tersebut, kita harus mampu menaklukan hati target sasaran, yaitu anak kita.

Strategi inilah yang harus disusun oleh Abi dan Ummi agar anak mau mendengarkan dan mengikuti pola-pola yang telah dibentuk di rumah. Sebelum memberikan banyak aturan, seorang anak perlu diberi tahu terlebih dahulu agar semua pola dapat ia patuhi dengan perasaan senang dan hati yang lapang. Tidak ada keterpaksaan di benak sang anak, yang ada justru kepatuhan. Hal ini bisa terjadi jika Abi dan Ummi mampu menaklukan hati dengan pendekatan yang baik kepada anak.

Belajar dari Kisah Pemuda Bernama Abdullah Mengenai Pola Asuh Rasulullah

Dalam bukunya yang berjudul Rumah Cahaya, Ustaz Budi Ashari memaparkan beberapa tip melalui pemaknaan sebuah cerita dalam hadis, yaitu mengenai cara Rasulullah memanfaatkan momentum untuk menjalankan strategi pendidikan pada seorang anak muda bernama Abdullah.

Ibnu umar berkata, “Setiap orang pada zaman Rasulullah saw., jika bermimpi, akan menceritakan mimpinya kepada Rasulullah. Maka, aku berharap bisa bermimpi agar aku bisa menceritakannya kepada Nabi. Saat itu, aku adalah seorang anak muda yang belum menikah. Aku selalu tertidur di masjid pada zaman Rasulullah.

Suatu hari, aku bermimpi melihat dua malaikat membawaku pergi ke neraka. Ternyata, neraka telah dibangun seperti bangunan sumur yang mempunyai dua tanduk (kayu di kanan dan kirinya). Di dalamnya, ada orang-orang yang aku kenal. Aku pun segera berkata, ‘Aku berlindung dari neraka. Aku berlindung dari neraka. Aku berlindung dari neraka.’ Kemudian, ada satu malaikat yang menemui dua malaikat tadi. Satu malaikat itu berkata kepadaku, ‘Kamu tidak perlu takut.’

 Aku menceritakan kepada Hafshah dan Hafshah pun menceritakan kepada Rasulullah saw.. Nabi kemudian bersabda, ‘Laki-laki yang hebat itu kamu, wahai Abdullah, jika kamu salat malam.’

 Salim berkata, ‘Abdullah setelah itu hanya sedikit tidur di malam hari,’ (H.R. Bukhari No. 1.054 dan Muslim No. 4528).”

 Hadis di atas dijelaskan oleh Al Qurtubi sebagai berikut, “Rasulullah menafsirkan mimpi Abdullah dari sisi baiknya. Ia dibawa ke neraka, tetapi diselamatkan darinya dan dikatakan kepadanya, ‘tidak usah takut.’ Hal ini karena kesalehannya, tetapi dia belum melakukan salat malam. Maka, diberikan peringatan kepada Abdullah bahwa qiamulail akan melindungi seseorang dari terjatuh ke dalam neraka dan mendekat ke neraka. Oleh karena itu, dia tidak meninggalkan qiamulail setelah itu,” (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Atsqalani, 3/7, MS).



Empat Pelajaran yang Bisa Diambil dari Pola Asuh Rasulullah

Berdasarkan hadis di atas, Ustaz Budi Ashari, L.C. memaparkan empat poin positif yang dapat diambil dari cara Rasulullah mendidik seorang anak muda melalui tanggapan yang bijaksana.


  1. Sebuah momentum berkesan yang ada dalam hati anak muda tersebut dimanfaatkan oleh Rasulullah untuk membuka celah masuk dalam berdakwah. Memberi masukan positif dengan menyuruhnya melakukan qiamulail.
  2. Ia menggunakan bahasa positif ketika menjawab pertanyaan tersebut, kemudian beliau memotivasi, tetapi memberi syarat dengan target amal tersebut.
  3. Orang yang menyampaikan pesan haruslah orang yang dikagumi oleh anak. Bisa jadi, orang itu adalah orang lain dan bukan orang tuanya sendiri.
  4. Menghidupkan hati dan akal anak dengan kebaikan sehingga mempunyai kekuatan menangkap penjelasan dengan logika.