Indonesia akan Impor 500 Guru Besar Asing; Kenapa Gak Sekalian Impor Presiden Saja Biar Berkualitas?

Indonesia akan Impor 500 Guru Besar Asing; Kenapa Gak Sekalian Impor Presiden Saja Biar Berkualitas?

Sujanews.com —Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan ‘mengimpor’ sekitar 500 guru besar asing ke Indonesia. Proses persiapan sedang dimulai dan segera aktif mengajar tahun 2017 mendatang.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir mengatakan, pendanaan program tersebut sedang diupayakan. Rencananya akan sharing antara Kemenristekdikti dan Kementrian Keuangan.

“Guru besar asing sedang kita lakukan pendataan diundang ke Indonesia untuk bisa bersama-sama perguruan tinggi Indonesia,” kata Menteri Nasir di Universitas Islam Malang (Unisma), Rabu (19/11).

Menurut Nasir, para guru besar asing tersebut bertugas melakukan riset dan pembimbingan kepada mahasiswa Indonesia untuk Program Doktor Indonesia. Program tersebut untuk mendorong agar Indonesia memiliki mahasiswa-mahasiswa berkelas dunia.
“Kami rencanakan sampai 500-an (guru besar), kita lihat anggarannya juga,” tegasnya.

Nantinya, lanjut Nasir, akan dibuat sebuah regulasi di mana semua para guru besar harus melakukan publikasi internasional bereputasi. Jika persyaratan itu tidak dilakukan, maka tunjangan sertifikasinya akan dihentikan sementara waktu.

“Nanti ada kontraknya. Mereka bisa meluluskan doktor berapa, publikasi internasionalnya berapa. Nanti akan kita atur dulu. Diseleksi dan tidak otomatis semua guru besar asing bisa masuk Indonesaia, tapi trackrecordnya seperti apa. Apakah juga menghasilkan publikasi yang baik,” jelasnya.

Selain itu, Nasir juga memiliki program percepatan guru besar. Prosesnya tempuhnya akan dipercepat, tetapi tetap mengikuti prosedur.

“Proses requirmentnya tetap. Kalau terjadi plagiarism akan kami berhentikan. Kami tidak segan itu,” ucapnya.

Nasir juga mengungkapkan bahwa Global Kompetitif Indeks mahasiswa Indonesia berada di angka 37 dan anjlok menjadi 41. Karena itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk mendorong pendidikan Indonesia lebih berkualitas.

Nasir agaknya lupa, permasalahan di Indonesia sekarang sebenarnya bukan mahasiswa atau staf pengajarnya yang tidak berkualitas tapi malah presidennya yang sama sekali tidak memiliki kualitas. Jika dengan logika Nasir, apakah tidak lebih baik impor presiden asing saja ke sini?

EM