Mereka juga mengejek akses Meksiko dan menyerukan Menteri Luar Negeri John Kerry agar digantung. Tak hanya itu, menurut Associted Press, staf-staf tersebut juga mengungkapkan kesiapanya dalam perang sipil.
Associated Press telah menelisik lebih dari 50 akun staf atau mereka yang sebelumnya telah membantu Trump dalam pemilihan pendahuluan. Mayoritas memang tampil sebagai partisan penuh dedikasi dan antusias, namun ada tujuh orang yang mengungkapkan secara terang-terangan mendukung kekerasan terhadap Muslim.
Tim lapangan Trump di Virginia menyatakan, umat Islam berusaha untuk memberlakukan hukum Syariah di AS. Orang-orang yang benar memahami Islam sudah bersiap-siap untuk melakukan perlawanan.
Melalui Laman Facebook, Mark Kevin Lloyd Lycnhburg dari Virginia, yang telah dibayar 36 ribu dolar AS sebagai direktorlapangan menyebut Islam 'mengkultuskan aksi barbar'. Ia mengunggah pernyataan itu pada 30 Juni lalu.
Pada 16 Juni, empat hari setelah serangan Orlando, ia juga membagikan meme menggambarkan Muslim bersenjata yang berafiliasi ISIS. Meme itu menyebut orang-orang ini harus dipaksa makan daging babi sebelum dapat membeli senjata api.
Staf kampanye lainnya meminta agar Muslim mendapat pengawasan khusus. "Kami membutuhkan pengawasan Islam, bukan senjata."
Staf lainnya Delgado juga menyayangkan penunjukkan hakim Muslim di New York."Selangkah demi selangkah kultur Amerika akan berakhir," tulisnya pada 27 Februari lalu.
Sejak Trump mendeklarasikan pencalonannya musim panas lalu, ia telah membayar sekitar 120 orang untuk masuk tim kampanye. Selama akhir pekan kemarin, sebanyak 70 orang dari tim kampanye dilaporkan telah menarik pembayaran mereka. Jumlah itu tak termasuk belasan orang yang bekerja sebagai konsultan.
Trump dikenal dengan pandangannya yang kontroversial, termasuk terhadap Muslim. Ia telah mengumumkan akan melarang Muslim masuk ke AS menyusul banyaknya aksi teroris. Larangan itu berlaku sampai benar-benar ada kebijakan tertentu untuk mengatasi persoalan itu.