Sejumlah tentara Turki di pangkalan Ankara turut berjasa di balik gagalnya upaya kudeta

Sejumlah tentara Turki di pangkalan Ankara turut berjasa di balik gagalnya upaya kudeta

SujaNEWS.com — Sejumlah tentara telah berusaha menghalangi upaya kudeta pada Jum’at (15/7/2016) dengan tidak memasok bahan bakar dan amunisi untuk pesawat tempur yang menargetkan ibukota, ungkap sumber-sumber keamanan setempat pada Senin (18/7/2016).

Para pejabat keamanan mengatakan bahwa para tentara loyal tersebut dilaporkan berusaha memberi alasan untuk mencegah keberangkatan pesawat-pesawat tempur di Pangkalan Komando Pusat 4 Akincidi distrik Kazan Ankara.

Salah satu pilot yang menolak untuk membiarkan pesawat-pesawat itu lepas landas, dilaporkan dipukuli saat yang lain mencoba untuk melarikan diri dari pangkalan udara, kata sejumlah sumber sebagaimana dilansir WB.

Percobaan kudeta dilaporkan dilakukan oleh kelompok militer pengikut Fetullah Gulen yang berbasis di AS, yang dituduh berencana menggulingkan pemerintah dengan infiltrasi negara Turki, khususnya militer, polisi, dan pengadilan, membentuk apa yang dikenal di Turki sebagai negara paralel.

Pada Jum’at malam, unsur militer pengkhianat berusaha untuk menggulingkan pemerintah Turki yang terpilih secara demokratis dengan paksa. Lebih dari 200 orang gugur dalam kekerasan yang mewarnai insiden malam itu.

Sembilan puluh sembilan komplotan pro-kudeta diserahkan dalam tahanan di Ankara, termasuk Brig. Hakan Evrim, komandan pangkalan udara Akinci, barat laut Ankara yang telah didaulat sebagai markas kudeta.

Mereka didakwa mendirikan sebuah organisasi teroris bersenjata, berusaha untuk menghapuskan tatanan konstitusional dan “pembunuhan yang disengaja”.

Lebih dari 6.000 tersangka telah ditangkap sehubungan dengan upaya kudeta pada hari Jum’at, termasuk tokoh militer, hakim dan polisi. Mereka dituduh memiliki hubungan dengan Fetullah Gulen.

Gulen adalah tersangka utama dalam dua penyelidikan yang diluncurkan terkait kudeta oleh jaksa Istanbul, ungkap sumber pengadilan kepada Anadolu Agency, Ahad (17/7), dengan kondisi anonimitas karena pembatasan berbicara kepada media.