Demi terwujudnya ketahahanan energi nasional, Indonesia dinilai harus mulai mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), salah satunya adalah mengembangkan dan memanfaatkan tenaga nuklir.
“Jumlahnya sudah cukup banyak yang konsentrasi pada bidang nuklir,” ungkap Nasir pada Konferensi Nasional Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi (PPI KIM), Peringatan Hari Metrologi Dunia dan Workshop Metrologi, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (24/5/2016), sebagaimana dilansir Republika.co.id.
Nasir mencontohkan kondisi demikian sudah nampak di sejumlah Perguruan Tinggi (PT). Beberapa PT sudah ada yang membuka program dengan fokus bidang kenukliran.
Jumlah SDM nuklir memang sudah cukup banyak, tapi pemanfaatannya yang menjadi kendala. Dengan kata lain, sebagian mereka terkadang lebih dimanfaatkan keahliannya oleh pihak luar negeri seperti Jepang.
“Bahkan, bisa jadi nanti dimanfaatkan oleh Malaysia yang saat ini sedang masa pengembangan nuklir,” tutur Mantan Rektor Terpilih universitas Diponegoro (Undip) ini.
Atas kondisi demikian, lanjutnya, Indonesia jelas harus bisa memanfaatkan mereka agar tidak malah ‘pindah’ ke negara lain
Nasir menilai, penerapan teknologi nuklir sudah menjadi gelombang besar dunia yang pengaruhnya telah mencapai Indonesia juga. Karena itu, pemanfaatan teknologi nuklir sudah seharusnya menjadi alternatif bukan jalan akhir dari segalanya.
“Dan kebijakan digunakan atau tidaknya ada pada Kementerian ESDM, sedangkan kita dalam hal risetnya,” tandasnya.