SujaNEWS.com — Umumnya seseorang diketahui apakah ia sedang marah atau tidak itu dari ekspresi dan tingkah lakunya. Tapi hal ini tidak berlaku bagi Profesor Jenkins. Ia bisa mengetahui kondisi psikologis seseorang dari pergerakan mouse yang sedang digunakannya. Salah satu indikasinya adalah ketika mouse digerakkan dengan tidak beraturan dan kecepatannya berubah-ubah, maka bisa dikatakan orang tersebut sedang mengalami emosi negatif. Beberapa emosi negatif bisa saja masuk ke dalam kategori frustasi, bingung, sedih dan marah.
Berbekal kecanggihan teknologi, mengetahui apakah emosi negatif ini sedang diidap oleh seseorang menjadi jauh lebih mudah. Jenkins dan beberapa temannya yaitu Martin Hibbeln (Jerman), Christopher Scheider (Hong Kong), dan Markus Weinmann (Liechtenstein) melalukan penelitian ini. Ditambah dengan Joseph Valacich yaitu profesor sistem manajemen informasi dari Universitas Arizona semakin melengkapi formasi para peneliti ini.
Menurut penelitian tersebut, ketika seseorang merasa sedih atau bingung maka mouse yang digerakkan tidak lagi lurus atau berbelok dengan lembut. Sebaliknya, mouse tersebut akan bergerak patah-patah dan dan secara mendadak. Lebih jauh lagi, ada juga orang yang menggerakkan mousenya dengan lebih pelan ketika emosi negatif sedang dideritanya.
“Berbekal teknologi ini, website tidak lagi menjadi benda mati dan bodoh. Website bisa menjadi alat untuk menangkap informasi emosi negatif yang sedang dialami penggunanya. Lebih jauh lagi, bukan hanya menangkap tapi website juga bisa ikut merasakan emosi negatif ini. Website tidak hanya paham apa yang berusaha kamu sajikan tapi juga ikut merasakan apa yang sedang kamu rasakan,” ungkap Jenkins.
Ada orang yang berusaha mengelak dari kondisi ini. Mereka mengatakan bahwa mouse digerakkan lebih cepat ketika merasa sedih. Faktanya, menurut Jenkins mouse itu malah digerakkan menjadi lebih lambat daripada dalam kondisi normal.
Manfaat penelitian ini diakui oleh Jenkins, akan memberikan masukan yang positif kepada para pengembang web. Jika para pengembang web ini bisa menegetahui kondisi emosi penggunanya maka konten negatif web bisa dicegah sedini mungkin.
“Secara umum, memang tidak mudah untuk mengetahui kapan pengguna internet sedang merasa frustasi. Tetapi apabila ini bisa diketahui, maka para pengembang web bisa mengatasinya bahkan menawarkan bantuan bila perlu,” lanjut Jenkins.
Saat ini, teknologi ini sudah dipatenkan dan mulai dipakai oleh perusahaan yang memegang lisensinya. Teknologi ini mulai dikembangkan bukan hanya pada komputer tapi juga pada HP. Dengan perbedaan tekanan pada layar HP ketika menyentuh dan menekan layar, maka kondisi emosi negatif pengguna bisa diketahui. Meskipun harus diakui bahwa penelitian pada perangkat HP masih berada di tahap awal. Mengingat masifnya penggunaan HP, bukan tidak mungkin penelitian di bidang ini akan semakin digencarkan. (riafariana/sciencedaily/voa-islam.com)
Berbekal kecanggihan teknologi, mengetahui apakah emosi negatif ini sedang diidap oleh seseorang menjadi jauh lebih mudah. Jenkins dan beberapa temannya yaitu Martin Hibbeln (Jerman), Christopher Scheider (Hong Kong), dan Markus Weinmann (Liechtenstein) melalukan penelitian ini. Ditambah dengan Joseph Valacich yaitu profesor sistem manajemen informasi dari Universitas Arizona semakin melengkapi formasi para peneliti ini.
Menurut penelitian tersebut, ketika seseorang merasa sedih atau bingung maka mouse yang digerakkan tidak lagi lurus atau berbelok dengan lembut. Sebaliknya, mouse tersebut akan bergerak patah-patah dan dan secara mendadak. Lebih jauh lagi, ada juga orang yang menggerakkan mousenya dengan lebih pelan ketika emosi negatif sedang dideritanya.
“Berbekal teknologi ini, website tidak lagi menjadi benda mati dan bodoh. Website bisa menjadi alat untuk menangkap informasi emosi negatif yang sedang dialami penggunanya. Lebih jauh lagi, bukan hanya menangkap tapi website juga bisa ikut merasakan emosi negatif ini. Website tidak hanya paham apa yang berusaha kamu sajikan tapi juga ikut merasakan apa yang sedang kamu rasakan,” ungkap Jenkins.
Ada orang yang berusaha mengelak dari kondisi ini. Mereka mengatakan bahwa mouse digerakkan lebih cepat ketika merasa sedih. Faktanya, menurut Jenkins mouse itu malah digerakkan menjadi lebih lambat daripada dalam kondisi normal.
Manfaat penelitian ini diakui oleh Jenkins, akan memberikan masukan yang positif kepada para pengembang web. Jika para pengembang web ini bisa menegetahui kondisi emosi penggunanya maka konten negatif web bisa dicegah sedini mungkin.
“Secara umum, memang tidak mudah untuk mengetahui kapan pengguna internet sedang merasa frustasi. Tetapi apabila ini bisa diketahui, maka para pengembang web bisa mengatasinya bahkan menawarkan bantuan bila perlu,” lanjut Jenkins.
Saat ini, teknologi ini sudah dipatenkan dan mulai dipakai oleh perusahaan yang memegang lisensinya. Teknologi ini mulai dikembangkan bukan hanya pada komputer tapi juga pada HP. Dengan perbedaan tekanan pada layar HP ketika menyentuh dan menekan layar, maka kondisi emosi negatif pengguna bisa diketahui. Meskipun harus diakui bahwa penelitian pada perangkat HP masih berada di tahap awal. Mengingat masifnya penggunaan HP, bukan tidak mungkin penelitian di bidang ini akan semakin digencarkan. (riafariana/sciencedaily/voa-islam.com)