“Kami paksa (warga pindah). Selama rusun siap, kami akan paksa. Karena ini (Air) enggak bisa belok,” ujarnya Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (17/11).
Gubernur mengatakan, pada persoalan ini dirinya tak mau relokasi warga Bidara Cina berujung seperti kasus warga di Kampung Pulo. Hingga pada akhirnya penanganan normalisasi sungai Ciliwung terus molor. Terlebih pembangunan dinding turap tidak dapat dilaksanakan saat musim hujan seperti ini.
“Kamu lihat aja kampung pulo, gara-gara kita toleransi kan. Selalu bilangnya, udah tunggu bulan depan, nego dulu, tunggu dua bulan lagi. Akhirnya, November harusnya udah selesai seluruh tanggul, sekarang bisa-bisa enggak selesai,” terang Ahok.
Menurut Gubernur, paling tidak untuk melanjutkan pembangunan dinding beton di seluruh wilayah Kampung Pulo harus menunggu cuaca di Jakarta bersahabat, alias menunggu lagi musim kemarau.
“Sekarang hujan, bisa kerja gak tuh alat? Lahan begitu sempit, jatuh lagi alat satu. Itu masalah, dia pikir mainin satu dua bulan, kita nanti nambahnya cuma satu dua bulan. Beda. Kalau kamu mundur dua bulan ke musim hujan, udah bisa mundur empat sampai lima bulan lho. Bisa-bisa tunggu kemarau satu lagi baru bisa kerja,” jelas Ahok.
Kendati demikian, mantan Bupati Belitung Timur tidak menjelaskan secara rinci kapan relokasi warga Bidara Cina mulai dilaksanakan. Hanya saja dia menyatakan akan siap memberikan ganti rugi kepada siapa pun warga yang memiliki sertifikan resmi kepemilikan tanah.(ts)