Muslimah Lebanon Itu Mengenalkan Saya pada Islam

SujaNEWS.com — Banyak orang bertanya kepada saya bagaimana saya bisa masuk Islam, dan saya sering berbagi sebagian cerita saja, tapi sekarang saya pikir sudah saatnya saya berbagi cerita penuh perjalanan saya merangkul agama yang indah ini.

Ini dimulai sekitar delapan tahun yang lalu. Awal tahun 2002 saya sedang mempersiapkan diri untuk memulai studi di bidang akuntansi. Ini adalah hari pertama saya kuliah, saya datang 15 menit lebih awal dari jadwal kuliah. Saya termasuk orang yang tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar saya.

Namun, kali ini tatapan saya terhenti pada sosok gadis ramah dan baik hati. Ia bernama Fatima, seorang gadis muslim Lebanon yang terlihat anggun dengan jilbabnya.

Entah mengapa saya merasa sudah mengenalnya padahal ini adalah hari pertama kami bertemu. pada hari itu saya meminta ijin kepadanya untuk duduk di dekatnya, ia pun mengijinkan dan di sinilah awal mula kami bersahabat baik.

Banyak hal yang kami perbincangkan bersama, termasuk mengenai agama. Fatima selalu terlihat antusias ketika membahas mengenai agama Islam. Namun berbeda dengan saya yang tak terlihat antusias ketika membahas Agama Kristen. Tak ayal kami pun sering berdebat soal agama ini, perdebatan kami selalu berujung pada kemarahan saya. Karena saya tak dapat menjawab pertanyaan Fatima mengenai agama saya, karena di Kristen memang tidak ada jawabannya.

Walaupun berbeda agama, kami selalu menghormati agama kami satu sama lain. Termasuk ketika Fatima melaksanakan shalat 5 waktu. Saya selalu merasa keheranan, bagaimana bisa ia melaksanakan ibadah 5 waktu dalam sehari, kemudian ia juga menahan lapar dan haus ketika bulan Ramadhan. Ini membuat saya merasa kagum terhadapnya.

Suatu ketika, kami berjalan di dekat perguruan tinggi kami. Namun, saya merasa ada yang aneh dengan perjalan saya kali ini. Saya merasa pernah melakukan hal ini sebelumnya. Akhirnya saya ingat bahwa saya pernah bermimpi berjalan dengan seorang teman muslim di sekitar perguruan tinggi. Yang membuat saya keheranan adalah posisi saya dan Fatima saat ini sama persis seperti apa yang saya mimpikan dulu. Padahal sebelumnya saya tidak pernah berteman dengan seorang muslim kecuali Fatimah. Dari mimpi itulah saya merasa bahwa Allah sedang menunjukkan jalan-Nya.

Sejak kejadian itu saya yakin bahwa Allah menghendaki saya untuk betemu dengan Fatima dan bersahabat dengannya karena ada hikmah di dalamnya. Sejak saat itulah saya mulai tertarik dengan Islam. Saya mulai bertanya mengenai Islam kepada Fatima, dan Fatima selalu menjawabnya dengan senang hati.

Pada suatu hari Fatima memberikan saya dengan DVD debat antara Sheikh Ahmed Deedat dengan Pendeta Kristen. Semenjak menonton DVD tersebut saya mulai menyadari bahwa agama saya anut saat ini tidak tepat, karena dalam DVD tersebut para pendeta tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai agama Kristen.

Sejak saat itu saya merasa sangat kebingungan soal agama. Dan saya putuskan untuk tidak membahas mengenai agama lagi. Namun Fatima menanggapinya dengan sangat sederhana. “Tugas saya hanya menyampaikan pesan-pesan Islam, jika Anda tidak menerimanya maka itulah pilihan Anda, saya telah menyelesaikan tugas saya, jadi pada hari pembalasan nanti Anda tidak bisa menuduh saya tidak menyampaikan pesan ini,” ungkapnya.

Tahun berlalu begitu saja. Sejak kejadian itu kami tetap sahabat. Saya banyak menghabiskan waktu dengan keluarganya. Saya menemukan kenyaman dalam keluarga ini. Kami hanya memakan makanan yang halal dan tidak ada alkohol. Fatima adalah sahabat terbaik saya. Ia mengenalkan saya pada Islam dan Tuhan Yang Maha Esa. Saya merasa nyaman ketika mengenal Islam lebih dalam.

Allah telah membuktikan bahwa Dia Yang Maha membulak balikkan hati Makhluknya. Saya akhirnya memutuskan menjadi muslim pada tanggal 1 Januari 2009, dengan Fatima di sisi saya dan juga ayahnya.

Alhamdulilah, saya sangat bangga menjadi seorang Muslim.[]