SujaNEWS.com — Bulan Juni 2015 akan lebih lama dari Juni-Juni pada tahun lainnya. Satu hari pada tanggal 30 Juni 2015 nanti bukan hanya 24 jam, tetapi 24 jam 1 detik.
Pada tanggal tersebut, hari akan berakhir bukan pada pukul 23.59.59 tetapi 23.59.60. Tanggal 1 Juli 2015 sendiri tetap akan dimulai pada 00.00.00.
Detik tambahan itu disebut detik kabisat. Penambahan dilakukan menurut keputusan Internasional Earth Rotation and Reference Systems Service di Paris pada tahun 1972.
Tujuan detik kabisat sama dengan tahun kabisat, yaitu menyesuaikan waktu dengan gerakan Bumi yang sebenarnya. Namun demikian, sebab keduanya berbeda.
Dalam kasus tahun kabisat, sebabnya adalah gerakan bumi mengelilingi matahari yang sebenarnya bukan 365 hari, melainkan 365,25 hari.
Apabila satu tahun dibiarkan terus menerus 365 hari, maka waktu akan semakin tak sesuai dengan gerakan bumi yang sebenarnya. Permulaan musim misalnya, akan terus mundur.
Sementara, memutuskan satu hari sama dengan 365,25 hari juga tidak mungkin. Kalau diputuskan seperti itu, akan ada hari di mana hari berakhir pukul 6 pagi atau bahkan 12 siang.
Pilihan untuk menyinkronkan waktu dengan gerakan bumi kemudian adalah menambahkan satu hari pada tahun yang habis dibagi 4 tetapi tak habis dibagi 100 dan 400.
Nah, dalam kasus detik kabisat, sebabnya lebih rumit, yaitu karena gravitasi matahari dan bulan yang membuat rotasi bumi lebih pelan.
Untuk membayangkannya, coba putar telur matang (dengan cangkangnya tentu saja) dan telur mentah. Amati perputarannya.
Telur yang matang, karena bagian dalamnya padat, akan memiliki kecepatan putaran konstan dan tak bergoyang.
Sebaliknya, telur mentah, karena memiliki cairan putih telur, akan bergoyang serta melambat kecepatan putarannya.
Bumi mengalami nasib seperti telur mentah. Sebabnya, bumi tak sepenuhnya padat dan ada gaya tarik bulan dan matahari yang memengaruhi gerakan rotasinya.
Sejumlah peristiwa di Bumi, seperti gempa, gunung meletus, pencairan es, dan lainnya, memengaruhi kecepatan rotasi Bumi.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), hari di Bumi lebih panjang 2,5 milidetik sejak tahun 1820.
Perbedaan sepersekian detik memang tak terasa. Tapi ingat, kita sekarang hidup dengan perangkat yang menuntut ketepatan waktu seperti GPS, smartphone, satelit, dan lainnya.
Agar waktu tetap tepat dan sinkron dengan gerakan Bumi, detik kabisat harus ditambahkan. Penambahannya bisa dalam bulan Juni atau Desember.
Periode detik kabisat lebih rumit dari tahun kabisat, yaitu setiap interval 7, 3, 3,5, dan 3 tahun. Sejak tahun 1972, sudah ada 26 detik kabisat.
Kemampuan manusia menyesuaikan waktu sendiri tak lepas dari gagasan tentang jam atomik. Berkat jam atomik, manusia memiliki definisi yang lebih tepat tentang detik.
Satu detik, berdasarkan gagasan jam atomik itu, adalah 9.192.631.770 osilasi sinyal gelombang mikro atom cesium.
Penambahan satu detik dilakukan agar akurasi penghitungan waktu tetap tinggi. Penambahan dilakukan pada waktu Coordinated Universal Time (UTC).
Pada tanggal tersebut, hari akan berakhir bukan pada pukul 23.59.59 tetapi 23.59.60. Tanggal 1 Juli 2015 sendiri tetap akan dimulai pada 00.00.00.
Detik tambahan itu disebut detik kabisat. Penambahan dilakukan menurut keputusan Internasional Earth Rotation and Reference Systems Service di Paris pada tahun 1972.
Tujuan detik kabisat sama dengan tahun kabisat, yaitu menyesuaikan waktu dengan gerakan Bumi yang sebenarnya. Namun demikian, sebab keduanya berbeda.
Dalam kasus tahun kabisat, sebabnya adalah gerakan bumi mengelilingi matahari yang sebenarnya bukan 365 hari, melainkan 365,25 hari.
Apabila satu tahun dibiarkan terus menerus 365 hari, maka waktu akan semakin tak sesuai dengan gerakan bumi yang sebenarnya. Permulaan musim misalnya, akan terus mundur.
Sementara, memutuskan satu hari sama dengan 365,25 hari juga tidak mungkin. Kalau diputuskan seperti itu, akan ada hari di mana hari berakhir pukul 6 pagi atau bahkan 12 siang.
Pilihan untuk menyinkronkan waktu dengan gerakan bumi kemudian adalah menambahkan satu hari pada tahun yang habis dibagi 4 tetapi tak habis dibagi 100 dan 400.
Nah, dalam kasus detik kabisat, sebabnya lebih rumit, yaitu karena gravitasi matahari dan bulan yang membuat rotasi bumi lebih pelan.
Untuk membayangkannya, coba putar telur matang (dengan cangkangnya tentu saja) dan telur mentah. Amati perputarannya.
Telur yang matang, karena bagian dalamnya padat, akan memiliki kecepatan putaran konstan dan tak bergoyang.
Sebaliknya, telur mentah, karena memiliki cairan putih telur, akan bergoyang serta melambat kecepatan putarannya.
Bumi mengalami nasib seperti telur mentah. Sebabnya, bumi tak sepenuhnya padat dan ada gaya tarik bulan dan matahari yang memengaruhi gerakan rotasinya.
Sejumlah peristiwa di Bumi, seperti gempa, gunung meletus, pencairan es, dan lainnya, memengaruhi kecepatan rotasi Bumi.
Berdasarkan hasil penelitian Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), hari di Bumi lebih panjang 2,5 milidetik sejak tahun 1820.
Perbedaan sepersekian detik memang tak terasa. Tapi ingat, kita sekarang hidup dengan perangkat yang menuntut ketepatan waktu seperti GPS, smartphone, satelit, dan lainnya.
Agar waktu tetap tepat dan sinkron dengan gerakan Bumi, detik kabisat harus ditambahkan. Penambahannya bisa dalam bulan Juni atau Desember.
Periode detik kabisat lebih rumit dari tahun kabisat, yaitu setiap interval 7, 3, 3,5, dan 3 tahun. Sejak tahun 1972, sudah ada 26 detik kabisat.
Kemampuan manusia menyesuaikan waktu sendiri tak lepas dari gagasan tentang jam atomik. Berkat jam atomik, manusia memiliki definisi yang lebih tepat tentang detik.
Satu detik, berdasarkan gagasan jam atomik itu, adalah 9.192.631.770 osilasi sinyal gelombang mikro atom cesium.
Penambahan satu detik dilakukan agar akurasi penghitungan waktu tetap tinggi. Penambahan dilakukan pada waktu Coordinated Universal Time (UTC).