SujaNEWS.com — Mantan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, pada kesempatan berkunjungke Indonesia beberapa waktu yang lalu, menyatakan bahwa AS berharap Indonesia dapat menjembatani Dunia Islam dengan Amerika. Di sini PKS bisa berperan sebagai aktor diplomasibagi politik luar negeri Indonesia.
Demikian disampaikan mantan diplomat senior Nurrachman Oerip dalam diskusi bertajuk Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Tata Dunia Baru yang diselenggarakan di ruang rapat pleno FPKS DPR RI, Jakarta, Selasa (14/10/2014).
“PKS bisa berperan sebagai aktor diplomasi bagi politik luar negeri Indonesia. Pernyataan HillaryClinton itu menunjukkan adanya pengakuan bahwa Indonesia yang mayoritas warga negaranya menganut agama Islam mampu menerapkan demokrasi dan berbagai prinsip modernisasi tanpa gejolak. Hal tersebut secara tersirat juga memantulkan pengakuan terhadap potensi dan kekuatan muslim Indonesia, untuk bisa menjadi "role model" dalam rangka memajukan dan dialog dengan berbagai negara lain di dunia,” kata Oerip.
Diplomasi pada abad ke-21 menurut Oerip, cenderung berciri pokok Non-Polaritas, Interdepensi Ekonomi, Kemitraan dan Prinsip Konstruktivisme, yang mengedepankan pendekatan sosialbudaya (soft power), walaupun pendekatan "power politics" tidak sepenuhnya ditinggalkan.Indonesia, berkinerja melalui ASEAN perlu berusaha nemantapkan arsitektur politik AsiaTenggara dan ikut berperan serta kontributif mengupayakan terbentuknya arsitektur politik baruAsia yang konfusif dan aman bagi kepentingan nasionalnya. (sumber: fraksipks.or.id)
Demikian disampaikan mantan diplomat senior Nurrachman Oerip dalam diskusi bertajuk Kebijakan Politik Luar Negeri Indonesia dan Tata Dunia Baru yang diselenggarakan di ruang rapat pleno FPKS DPR RI, Jakarta, Selasa (14/10/2014).
“PKS bisa berperan sebagai aktor diplomasi bagi politik luar negeri Indonesia. Pernyataan HillaryClinton itu menunjukkan adanya pengakuan bahwa Indonesia yang mayoritas warga negaranya menganut agama Islam mampu menerapkan demokrasi dan berbagai prinsip modernisasi tanpa gejolak. Hal tersebut secara tersirat juga memantulkan pengakuan terhadap potensi dan kekuatan muslim Indonesia, untuk bisa menjadi "role model" dalam rangka memajukan dan dialog dengan berbagai negara lain di dunia,” kata Oerip.
Diplomasi pada abad ke-21 menurut Oerip, cenderung berciri pokok Non-Polaritas, Interdepensi Ekonomi, Kemitraan dan Prinsip Konstruktivisme, yang mengedepankan pendekatan sosialbudaya (soft power), walaupun pendekatan "power politics" tidak sepenuhnya ditinggalkan.Indonesia, berkinerja melalui ASEAN perlu berusaha nemantapkan arsitektur politik AsiaTenggara dan ikut berperan serta kontributif mengupayakan terbentuknya arsitektur politik baruAsia yang konfusif dan aman bagi kepentingan nasionalnya. (sumber: fraksipks.or.id)