SUJA - Pemilu presiden di Turki sudah dimulai. Walaupun pemungutan utamanya baru dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus mendatang, tapi pemungutan suara di luar negeri telah dimulai. Pilpres kali ini berbeda dari yang sebelumnya, karena untuk pertama kalinya dilaksanakan pemilihan langsung oleh rakyat, bukan melalui perwakilan majelis.
Ada tiga kandidat dalam pilpres kali ini; Recep Tayyip Erdogan (perdana menteri saat ini yang dicalonkan oleh AK-Parti), Ekmeleddin İhsanoğlu (mantan sekjen OKI yang dicalonkan oleh partai sekuler Republic People’s Party/RPP, dan Nationalist Movement Party/NMP), dan terakhir Selahattin Demirtaş (perwakilan suku Kurdi yang merupakan ketua Peace and Democracy Party/PDP).
Persaingan ketat sepertinya akan terjadi antara Erdogan dan İhsanoğlu. Adapun Selahattin diperkirakan tidak akan bisa menyaingi dua kompetitor lainnya. Demikian disebutkan Dr. Muhammad Ali Harfi dalam artikelnya di Ikhwan Suriah.
İhsanoğlu adalah seorang moderat yang telah 8 tahun menjadi sekjen OKI. Tapi dia telah gagal karena selama menjadi sekjen OKI tidak diketahui menunjukkan sikap tegas kepada Israel dalam upaya membantu perjuangan rakyat Palestina. Demikian juga dalam permasalahan keumatan di wilayah-wilayah yang lain.
Anehnya, yang mencalonkan İhsanoğlu adalah dua partai sekuler. Partai sekuler di Turki saat ini mempunyai keyakinan pentingnya peran agama dalam perpolitikan di Turki. Oleh karena itu İhsanoğlu yang pernah menjadi sekjen OKI, salah satu organisasi negara-negara Islam, bisa memberikan harapan keberhasilan setelah semakin kuatnya posisi Erdogan dan AK-Partinya.
Selain itu, İhsanoğlu juga mendapatkan dukungan dari beberapa negara Teluk yang kesal dengan sikap Erdogan yang pro Hamas dan anti As-Sisi. Negara-negara ini menaruh harapan juga İhsanoğlu bisa mengalahkan Erdogan sehingga tidak ada lagi yang menjadi penghalang.
Pilpres Turki kali ini tentu akan membawa serta perkembangan peristiwa-peristiwa penting di Timur Tengah, terutama serangan Israel ke Gaza dan krisis Suriah yang belum juga usai. Sikap Erdogan terhadap Israel masih belum berubah. Erdogan mengatakan bahwa Israel adalah negara yang mengancam perdamaian di dunia dan Timur Tengah. Maka wajar saja jika Erdogan mengkritik İhsanoğlu yang menyatakan akan bersikap netral dalam kasus serangan Israel di Gaza. Erdogan juga menuduh pemerintah kudeta di Mesir saat ini bekerja sama dengan Israel melawan Hamas.
Terkait dengan krisis Suriah, Erdogan juga menunjukkan perhatian seriusnya. Terakhir, Erdogan mengkritik İhsanoğlu yang meminta ditutupkan perbatasan Turki untuk para pengungsi Suriah. Erdogan mengatakan, “Rakyat Turki tidak mungkin menutup mata terhadap apa yang terjadi di Suriah, Gaza dan Mesir.”
Sikap empati Erdogan ini sepertinya akan digunakan lawan politik untuk mengalahkannya. Saat ini mulai timbul konflik antara pengungsi Suriah dan penduduk Turki. Konflik ini sangat mungkin turut diotaki dan didukung oleh pihak luar Turki. Tujuannya adalah agar terjadi konflik besar antara pengungsi Suriah dan penduduk Turki sehingga menciptakan opini publik bahwa kebijakan Erdogan salah, İhsanoğlu lah yang benar. (msa/dakwatuna)
Ada tiga kandidat dalam pilpres kali ini; Recep Tayyip Erdogan (perdana menteri saat ini yang dicalonkan oleh AK-Parti), Ekmeleddin İhsanoğlu (mantan sekjen OKI yang dicalonkan oleh partai sekuler Republic People’s Party/RPP, dan Nationalist Movement Party/NMP), dan terakhir Selahattin Demirtaş (perwakilan suku Kurdi yang merupakan ketua Peace and Democracy Party/PDP).
Persaingan ketat sepertinya akan terjadi antara Erdogan dan İhsanoğlu. Adapun Selahattin diperkirakan tidak akan bisa menyaingi dua kompetitor lainnya. Demikian disebutkan Dr. Muhammad Ali Harfi dalam artikelnya di Ikhwan Suriah.
İhsanoğlu adalah seorang moderat yang telah 8 tahun menjadi sekjen OKI. Tapi dia telah gagal karena selama menjadi sekjen OKI tidak diketahui menunjukkan sikap tegas kepada Israel dalam upaya membantu perjuangan rakyat Palestina. Demikian juga dalam permasalahan keumatan di wilayah-wilayah yang lain.
Anehnya, yang mencalonkan İhsanoğlu adalah dua partai sekuler. Partai sekuler di Turki saat ini mempunyai keyakinan pentingnya peran agama dalam perpolitikan di Turki. Oleh karena itu İhsanoğlu yang pernah menjadi sekjen OKI, salah satu organisasi negara-negara Islam, bisa memberikan harapan keberhasilan setelah semakin kuatnya posisi Erdogan dan AK-Partinya.
Selain itu, İhsanoğlu juga mendapatkan dukungan dari beberapa negara Teluk yang kesal dengan sikap Erdogan yang pro Hamas dan anti As-Sisi. Negara-negara ini menaruh harapan juga İhsanoğlu bisa mengalahkan Erdogan sehingga tidak ada lagi yang menjadi penghalang.
Pilpres Turki kali ini tentu akan membawa serta perkembangan peristiwa-peristiwa penting di Timur Tengah, terutama serangan Israel ke Gaza dan krisis Suriah yang belum juga usai. Sikap Erdogan terhadap Israel masih belum berubah. Erdogan mengatakan bahwa Israel adalah negara yang mengancam perdamaian di dunia dan Timur Tengah. Maka wajar saja jika Erdogan mengkritik İhsanoğlu yang menyatakan akan bersikap netral dalam kasus serangan Israel di Gaza. Erdogan juga menuduh pemerintah kudeta di Mesir saat ini bekerja sama dengan Israel melawan Hamas.
Terkait dengan krisis Suriah, Erdogan juga menunjukkan perhatian seriusnya. Terakhir, Erdogan mengkritik İhsanoğlu yang meminta ditutupkan perbatasan Turki untuk para pengungsi Suriah. Erdogan mengatakan, “Rakyat Turki tidak mungkin menutup mata terhadap apa yang terjadi di Suriah, Gaza dan Mesir.”
Sikap empati Erdogan ini sepertinya akan digunakan lawan politik untuk mengalahkannya. Saat ini mulai timbul konflik antara pengungsi Suriah dan penduduk Turki. Konflik ini sangat mungkin turut diotaki dan didukung oleh pihak luar Turki. Tujuannya adalah agar terjadi konflik besar antara pengungsi Suriah dan penduduk Turki sehingga menciptakan opini publik bahwa kebijakan Erdogan salah, İhsanoğlu lah yang benar. (msa/dakwatuna)