Malam Ini SBY Menyerahkan Kekuasaan Kepada Prabowo-Hatta di Cikeas

Malam Ini SBY Menyerahkan Kekuasaan Kepada Prabowo-Hatta di Cikeas
SUJA - Di mulai dari rapat kabinet di bidang Polkam, Presiden SBY meminta TNI dan Polri mengamankan pilpres, dan dilanjutkan dengan buka puasa di Mabes TNI, dan bertemu para petinggi militer. Kemudian, berlangsung pertemuan antara Prabowo-Hatta dengan SBY layaknya seperti serah terima jabatan. Tentu,yang paling mengejutkan pesan-pesan SBY kepada Prabowo-Hatta yang disampaikan di kediaman pribadi SBY di Cikeas, malam ini (4/7/2014).

Presiden SBY menyampaikan lima pesan kepada Prabowo-Hatta, yang sepertinya SBY yakin bahwa kedua calon presiden akan menang. Inilah pesan SBY:

  •     Memimpin negeri ini harus sangat sabar. Sabar saja tidak cukup, harus juga tegar dan kuat.
  •     Pemimpin harus berikhtiar penuh. Bekerja untuk rakyat. Persoalan tak ada habisnya. Bekerja pun dikritik. Tapi tidak boleh berhenti bekerja, bekerja dan berikhtiar, pasti ada yang dihasilkan. Tidak boleh reaktif karena akan menciptakan politik tidak stabil. Jika politik tidak stabil ekonomi lumpuh dan rakyat juga yang rugi.
  •     Mengutamakan kepentingan rakyat di atas segalanya. Harus meletakkan kepentingan partai setelah kepentingan rakyat, kepentingan kelompok setelah kepentingan rakyat, apalagi kepentingan keluarga, harus setelah kepentingan rakyat.
  •     Mengesampingkan persaingan selama Pilpres jika akhirnya terpilih memimpin negeri ini. Prabowo-Hatta tak boleh mengesampingkan kubu yang berseberangan.
  •     Tetap menghormati kebebasan di alam demokrasi.

Pesan SBY tersebut menarik. Karena hal ini, seperti di media sosial dikomentari oleh banyak pihak, menilai SBY dengan bahasa lugas dan layaknya pidato 'Serah Terima Jabatan (Sertijab)'.

Sebelumnya, SBY netral, dan diam. Meskipun Partai Demokrat sudah resmi mendukung pasangan Prabowo-Hatta. Namun kini dari penyampaian pesan tersebut publik sangat gamblang dan bisa menangkap jelas ke mana arah SBY, tidak lain memberikan dukungan kepada Prabowo-Hatta.

Serangan bersifat sunyi itu, sejatinya yang membuat pesta-pora para Jenderal di Kubu Capres Jokowi-JK menjadi berantakan dan kocar-kacir.

Korelasi lainnya adalah Jokowi yang oleh para penulis sebagai 'petruk yang menjadi raja'. Memang, dalam realitasnya Jokowi selalu merajai dari setiap survey. Elektabilitasnya selalu di atas. Namun, ini hanya palsu yang direkayasa. Akhirnya SBY menentukan segalanya.

Dan, kini, SBY sudah bertindak. Menyerahkan 'mandat kekuasaannya' kepada Prabowo, potret seorang militer yang kasatria dan teguh pendirian, tanpa pencitraan, bahkan dikuyo-kuyo oleh 'kurowo' pendukung Jokowi-JK. Prabowo lah yang berhak sebagai pewaris tahta kerajaan. Mungkin, sebentar lagi, usai pilpres 9 Juli, Jokowi akan menjadi tersangka? (jj/dbs/voa-islam.com/SUJA)