SUJA - Theodore Van Kirk, orang terakhir yang terlibat dalam misi menjatuhkan bom atom ke Hiroshima, Senin (28/7) meninggal dunia di sebuah panti jompo di negara bagian Georgia, AS.
Tom van Kirk, putra Theodore 'Si Belanda', mengatakan ayahnya meninggal karena sebab alamiah, yaitu penuaan.
Van Kirk adalah petugas navigasi Enola Gay -- pesawat pembom yang membawa bom atom bernama Little Boy untuk dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Bom menewaskan 78 ribu orang seketika. Pada akhir 1945, jumlah korban tewas mencapai 140 ribu. Hiroshima saat itu adalah kota berpenduduk 350 ribu jiwa.
Tiga hari kemudian, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan Fat Man -- bom atom lainnya -- ke Nagasaki. Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada AS dan Perang Dunia II berakhir.
Pria kelahiran Pennsylvania ini juga terlibat dalam misi terbang di Eropa selama Perang Dunia II. Seusai perang, Van Kirk mengunjungi Nagasaki, tapi tak sempat melihat sisa-sisa 'neraka ciptaannya' di Hiroshima.
Van Kirk sama sekali tidak menceritakan soal keterlibatannya dalam misi itu. Ia mulai membuka diri beberapa tahun kemudian, atau tatkala beranjak tua.
Kepada Georgia Public Broadcasting, Van Kirk mengatakan; "Membom Hiroshima sangat mudah, karena tidak ada tembakan meriam anti-pesawat udara dari bawah."
Namun, masih menurut Van Kirk, yang tidak diketahui adalah apakah Enola Gay akan meledak beberapa detik setelah Little Boy menghancurkan Hiroshima.
"Kira-kira 43 detik setelah Little Boy meledak, saya melihat kilatan. Setelah itu gelombang kejut menerpa, dan Enola Gay terguncang hebat," kenangnya.
Hari-hari berikut setelah Perang Dunia II berakhir adalah perdebatan; apakah AS harus menjatuhkan otom ke Hiroshima dan Nagasaki.
Kepada Associated Press (AP), Van Kirk mendukung keputusan Presiden Harry S Truman, dengan mengatakan; "Itu diperlukan untuk mempersingkat perang dan menghilangkan biaya invasi darat."
Biaya yang dimaksud adalah nyawa infanteri. Saat bom atom dijatuhkan, General McArthur dan armada lautnya telah merebut Iwojima, dan hanya seratus kilometer dari Tokyo.
"Saya benar-benar percaya penggunaan bom atom menyelamatkan nyawa untuk jangka panjang," ujar Van Kirk. "Ada banyak jiwa yang diselamatkan. Sebagian besar orang Jepang."
Seiring bertambah usia, Van Kirk perlahan mengubah pendiriannya soal perang dan bom atom. Perang dan bom atom, katanya, tidak menyelesaikan apa-apa dan tidak membuat pihak yang menang merasa puas.
Ia juga berpikir tidak boleh lagi ada bom atom, dan ingin semua senjata itu dihapuskan dari muka bumi.
Van Kirk tinggal di barak militer setelah perang berakhir. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar sarjana teknik kimia. Ia menghabiskan tahun-tahun berikutnya sebagai pekerja DuPont, dan pensiun tahun 1985.
Seperti veteran perang lainnya, terutama yang terlibat dalam pemboman Hiroshima dan Nagasaki, Van Kirk tidak banyak berbicara tentang kenangannya menjalankan misi.
"Bahkan, saya pun tidak tahu ayah terlibat dalam misi pemboman Hiroshima," ujar Tom van Kirk. "Saya baru tahu saat berusia 10 tahun dan membaca kliping koran berita lama bersana nenek."
Menurut Tom, Theo van Kirk dikenal orang sebagai pahlawan perang. "Saya mengenalnya sebagai ayah yang hebat," Tom mengakhiri. [tst]
Tom van Kirk, putra Theodore 'Si Belanda', mengatakan ayahnya meninggal karena sebab alamiah, yaitu penuaan.
Van Kirk adalah petugas navigasi Enola Gay -- pesawat pembom yang membawa bom atom bernama Little Boy untuk dijatuhkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.
Bom menewaskan 78 ribu orang seketika. Pada akhir 1945, jumlah korban tewas mencapai 140 ribu. Hiroshima saat itu adalah kota berpenduduk 350 ribu jiwa.
Tiga hari kemudian, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan Fat Man -- bom atom lainnya -- ke Nagasaki. Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada AS dan Perang Dunia II berakhir.
Pria kelahiran Pennsylvania ini juga terlibat dalam misi terbang di Eropa selama Perang Dunia II. Seusai perang, Van Kirk mengunjungi Nagasaki, tapi tak sempat melihat sisa-sisa 'neraka ciptaannya' di Hiroshima.
Van Kirk sama sekali tidak menceritakan soal keterlibatannya dalam misi itu. Ia mulai membuka diri beberapa tahun kemudian, atau tatkala beranjak tua.
Kepada Georgia Public Broadcasting, Van Kirk mengatakan; "Membom Hiroshima sangat mudah, karena tidak ada tembakan meriam anti-pesawat udara dari bawah."
Namun, masih menurut Van Kirk, yang tidak diketahui adalah apakah Enola Gay akan meledak beberapa detik setelah Little Boy menghancurkan Hiroshima.
"Kira-kira 43 detik setelah Little Boy meledak, saya melihat kilatan. Setelah itu gelombang kejut menerpa, dan Enola Gay terguncang hebat," kenangnya.
Hari-hari berikut setelah Perang Dunia II berakhir adalah perdebatan; apakah AS harus menjatuhkan otom ke Hiroshima dan Nagasaki.
Kepada Associated Press (AP), Van Kirk mendukung keputusan Presiden Harry S Truman, dengan mengatakan; "Itu diperlukan untuk mempersingkat perang dan menghilangkan biaya invasi darat."
Biaya yang dimaksud adalah nyawa infanteri. Saat bom atom dijatuhkan, General McArthur dan armada lautnya telah merebut Iwojima, dan hanya seratus kilometer dari Tokyo.
"Saya benar-benar percaya penggunaan bom atom menyelamatkan nyawa untuk jangka panjang," ujar Van Kirk. "Ada banyak jiwa yang diselamatkan. Sebagian besar orang Jepang."
Seiring bertambah usia, Van Kirk perlahan mengubah pendiriannya soal perang dan bom atom. Perang dan bom atom, katanya, tidak menyelesaikan apa-apa dan tidak membuat pihak yang menang merasa puas.
Ia juga berpikir tidak boleh lagi ada bom atom, dan ingin semua senjata itu dihapuskan dari muka bumi.
Van Kirk tinggal di barak militer setelah perang berakhir. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar sarjana teknik kimia. Ia menghabiskan tahun-tahun berikutnya sebagai pekerja DuPont, dan pensiun tahun 1985.
Seperti veteran perang lainnya, terutama yang terlibat dalam pemboman Hiroshima dan Nagasaki, Van Kirk tidak banyak berbicara tentang kenangannya menjalankan misi.
"Bahkan, saya pun tidak tahu ayah terlibat dalam misi pemboman Hiroshima," ujar Tom van Kirk. "Saya baru tahu saat berusia 10 tahun dan membaca kliping koran berita lama bersana nenek."
Menurut Tom, Theo van Kirk dikenal orang sebagai pahlawan perang. "Saya mengenalnya sebagai ayah yang hebat," Tom mengakhiri. [tst]